Minggu, 19 Mei 2013

WANITA PARUH BAYA


“Kenapa Yo? Dari tadi kamu menarik napas melulu.” Aku memperhatikan sahabatku yang lagi asyik matut-matut diri didepan kaca sambil meraba-raba wajahnya yang cabi dengan kedua telapak tangannya. Bibirnya dimonyong-monyongkan kekiri kekanan, memperhatikan wajahnya dari arah samping, kiri dan kanan. Dahiku mengkerut, “Ngapain sih ini orang.” Bathinku.
“Berapa sih umur kita sekarang?” Aku tertawa ngakak mendapat pertanyaan seperti itu.
“Coba mana kalkulator, sini aku hitung.” Aku tersenyum. “Duh…. hari gini tanya umur.” Kataku lagi.
“ Ah….kamu ada-ada saja, masa pake kalkulator.”
“Lha…kamu tuh kenapa tiba-tiba tanya umur, kan sudah tahu umur kamu berapa. Ada apa sih, takut tua…?” selidikku sambil menyeruput teh hangat.
“ Apa kita masuk golongan wanita paruh baya?”
“Kalau iya, kenapa! takut tua? Ada tuh iklan jangan takut tua, atasi dengan cream pencegah penuaan dini, atau pake botox atau kalau banyak duit operasi plastik di Korea, bisa-bisa kayek boneka berbie deh.” Jawabku asal-asalan  sambil menggigit  doko-doko unti1 kesukaanku.
“Ah kamu ini becanda melulu, aku serius.” Kuperhatikan wajah sahabatku dengan seksama yang telah  duduk  didepanku sambil kutuangkan teh dicangkirnya.
“Belum ada tuh keriput diwajahmu. Yo, Jaman sekarang, ada juga wanita masih muda tapi sudah keriput. Apalagi kalau tidak dirawat. Itu semua karena faktor makanan, udara, stress karena kehidupan dll. Tapi ada juga wanita paruh baya masih muda belia seperti umur dua puluhan, bisa jadi karena perawatan yang maksimal, operasi atau apalah. Tapi letaknya bukan di ‘apakah kita ini masuk golongan wanita paruh baya atau golongan teman sebaya atau sebaya dengan siapa’, tapi apa yang sudah kita lakukan diusia kita sekarang ini.”
Yo memperbaiki letak duduknya sambil memperhatikanku dengan seksama. Aku menaikkan alis kiri.
“Iya… ya…apa yang sudah kita lakukan diusia kita sekarang ini?’ Yo bersuara.
“ Nah itu dia tuh yang harus dicarikan jawabannya. Yah….kita selama ini sibuk memperbaiki penampilan, tapi lupa memperbaiki aqidah kita. Sibuk menjaga bedak, lipstik, aye syedow agar tidak luntur, tapi lupa menjaga wudhu. Sibuk mengikuti kursus kepribadian, tapi tidak ada waktu untuk ngaji. Sibuk mencari prestise, tapi tidak meningkatkan kualitas iman. Sibuk memperbaiki penampilan didepan  orang, tapi setiap bertemu Alloh pada saat sholat, penampilan kita ala kadarnya, malah pake daster yang lusuh. Jadi mulailah kita memperbaiki apa yang sudah menjadi ketetapan Alloh, yang sesuai Al-Qur’an dan sunnahtulloh”. Jelasku panjang lebar.
“Kamu benar, kita terlalu sibuk dengan dunia kita, padahal Alloh tidak menginginkan apa-apa dari kita. Kita yang butuh tapi kok belagu banget  ya….”
Demi waktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat-menasehati dalam menatapi kebenaran dan nasehat-menasehati dalam menetapi kesabaran.(Q.S. AI Ashr: 1-3).” Tambahku  bak  seorang ustadzah.
“Iya , sungguh mengerikan kita telah menyia-nyiakan umur kita dengan hal-hal yang tidak disenangi Alloh dan yang telah dicontohkan Rasullulloh. Yo berkata pelan, wajahnya agak senduh.
“Aku teringat dalam hadits qudsi, "Pada setiap fajar ada dua malaikat yang berseru-seru: "Wahai anak Adam aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu. Oleh sebab itu manfaatkanlah aku sebaik-baiknya. Karena aku tidak kembali lagi sehingga hari pengadilan.” Tambah Yo dengan masygul.
Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok, 4/341, dari Ibnu ‘Abbas. Hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim).” Lanjutku, kemudian menyeruput teh yang tinggal seperempat  gelas.
“Menurutmu apa yang harus kita lakukan diusia kita sekarang ini.”  Aku tersenyum mendengar pertanyaan  sahabatku ini. Aku malu juga dengan pertanyaan seperti itu, “apa yang sudah kulakukan ya dengan hari-hariku selama ini?” Bathinku .
Iya..ya, seharusnya kita setiap hari muhasabah, intropeksi diri, mengevaluasi segala perbuatan yang telah kita lakukan. Sebagai seorang muslimah, apalagi diusia kita yang tidak muda lagi, kita harus bijaksana dalam menggunakan waktu. Tidak menyia-nyiakan waktu. Karena waktu tidak akan datang lagi. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali tempat yang paling jauh dari kita didunia adalah masa lalu, walau dengan cara apapun masa lalu tidak akan kembali. Dan yang terpenting adalah agar iman selalu bertambah jangan  sampai berkurang. Basyr bin Al Harits berkata,  “Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashroh dan ia sedang menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu, semakin dekat pula ajalku, namun belum jelas juga amalku.” (Mujalasah wa Jawahir Al ‘Ilm, 1: 46, Asy Syamilah). Terangku seperti gaya udztazah-udztazah, tapi dilubuk hatiku yang dalam, aku takut juga waktuku yang telah kusia-siakan.
“ Trus…” Yo mendesakkan melanjutkan  penjelasanku.
“Trus...hmmm…, yah kita harus semangat memperbaiki diri, Alloh  itu maha mendengar, maha melihat, apa yang ada didalam hati kita dan melihat semua tingkah pola kita selama hidup didunia. 24 jam kita dalam pengawasan Alloh. Untuk itu kita harus membaca bacaan yang bermanfaat, seperti baca Al-Qur’an setiap hari, berdzikir, menjaga silaturahmi, taat pada suami, mendidik anak dengan baik, memperbaiki shalat fardhu, shalat tepat pada waktunya dan meningkatkan shalat sunnah, saling mengingatkan yang ma’ruf  dan melarang dari yang mungkar, bergaullah dengan orang-orang yang sholeha, bersedaqoh dan juga saling memaafkan. Pokoknya ikuti aja deh apa yang diperintahkan Alloh dan yang dicontohkan Rasululloh, Alloh sudah memberi format bagaimana selamat dunia akhirat, ingat kehidupan yang sesungguhnya diakhirat bukan didunia, Alloh itu ingin diibadahi sesuai yang diinginkan, jangan ditambah-tambahi, dilebih-lebihkan.  Aku tersenyum  pada sahabatku ini yang duduk tepekur menatap penganan diatas meja. Entah apa yang sedang dipikirkan.  Aku teringat dengan  waktu-waktu  yang sudah kulalui, betapa banyak hal ceroboh yang sudah kukerjakan. Semoga masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat sehingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan; tentang ilmunya, apa yang telah di amalkan; tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia habiskan; dan tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan." (HR. At-Tirmidzi, no. 2417, ad-Darimi, I/135, dan Abu Ya'la dalam Musnadnya, no. 7397). Tambahku.
“ Bunyi adzan tuh…, yuk kita shalat. Justru diusia seperti kita ini  harus semangat memperbaiki diri serta semakin meningkatkan keimanan kita. Ajak Yo sambil beranjak dari tempat  duduknya.
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.(QS : Al-Baqarah : 286).

1.doko-doko unti = kue khas Makassar, terbuat dari tepung beras dicampur santan dan didalamnya terdapat potongan pisang, kemudian dibungkus daun pisang.

ANGKRINGAN


Sejenak semilir angin menyentuh pori-pori wajahku. Menyejukkan. Aku dan suamiku berjalan beriringan menyusuri kompleks tempat tinggal kami sambil menikmati panorama malam. Malam ini suamiku ngajak malam mingguan, menebus kesibukannya beberapa minggu terakhir ini sekaligus mencari isi kampung tengah alias cari makanan. Sepanjang perjalanan, aku  disuguhi cerita-cerita lucu dan romantis.  Aku senyum – senyum dengar cerita suamiku. “ Mas ada-ada aja deh..” Kataku sambil bergelayut manja dilengan kirinya. “Iya..benar, makanya kamu sayang sama masnya ya”. Lanjut suamiku sambil menepuk punggung tangan kananku. Aku tersipu-sipu dibuatnya. Kulirik sejenak laki-laki dengan perawakan sedang ini, diapun tersenyum, tepatnya senyum menggoda. Subhanallah, maha suci Alloh, bahagianya tak terkira dan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Segala puji bagi Alloh yang memberi semua keindahan dengan segala penciptaannya.
Aroma susu jahe mulai terhirup dihidungku dibawa oleh angin malam. Nampak angkringan, tempat kumpul-kumpul sambil lesehan dipinggir jalan, yang berada didepan gerbang perumahan tempat tinggalku mulai dipadati pengunjung. Dengan duduk beralasakan tikar ditemani tempe mendoan, sate usus atau tahu bacem dan tentu saja  segelas susu jahe manis semakin menambah hangat suasana malam. Angkringan ini memang buka-nya hanya dimalam hari. Bagi orang-orang yang lagi suntuk atau belum ngantuk atau istilah sekarang sekedar cari angin , biasanya nongkrong diangkringan, ajak teman, sanak sodara atau pasangan duduk-duduk, becanda, ketawa ketiwi, dan ada juga karena  sering – seringnya ke angkringan akhirnya dapat teman baru.   
Aku dan suamiku mengambil tempat duduk didepan gerobak angkringan, kami duduk dibangku panjang yang terbuat dari kayu, kami memang tidak berniat lesehan, cuma beli dan makan dirumah. Aku memesan susu jahe, tempe mendoan, sate usus, sate hati dan botoks, bukan botox untuk peremajaan kulit, tapi kudapan ini terbuat dari kelapa muda yang diparut, dicampur teri basah diberi bumbu dan dibungkus daun pisang. Sambil menunggu pesanan kami,  sejenak kulayangkan pandangan ke beberapa tempat. “Hmmmm...ini to suasana malam di Bekasi, rame juga. Dan tak jauh dari angkringan ini, ada penjual gorengan, nasi goreng, warung nasi uduk, jejeran ruko, tempat playstation, pokoknya ramailah dan yang menarik sekitar 500 meter dari perumahan ini ada tempat permandian,water boom. Tiba-tiba ada rasa kangen yang amat sangat menyeruak disegenap rongga dadaku. Kangen dengan  mama, adik-adikku  dan keponakan-keponakanku. Semoga Alloh selalu melindungi mereka, doaku dalam hati. Semenjak tiga mingguan di Bekasi baru kali ini aku keluar rumah, aku  belum berani jalan sendirian, belum mengenal jalan disekitar sini, walau aku bisa dan kalau mau bisa-bisa saja, tapi aku lebih menghargai suamiku untuk  tidak bepergian tanpa  didampingi oleh mahromnya.
Kuperhatikan orang-orang yang lagi lesehan, kata suamiku, angkringan disini terkenal, hampir tiap malam banyak pengunjungnya. Terbersit dihatiku untuk membuat penganan khas Makassar . Kalau angkringan ini punya minuman hangat susu jahe, Makassar punya sarabba. Wah....jiwa bisnisku datang menggoda nih. Aku tersenyum-senyum dengan  ideku ini.
“Sayang ada apa..., “ Tiba-tiba suamiku menepuk punggung tanganku. Mungkin dia merasa aku terlalu lama bengong sendiri. Aku tersenyum dan kurapatkan badanku didekatnya. Sambil berbisik pelan, kuatir si empunya angkringan dengar, aku ceritakan  ideku.
“Ehmm.. boleh juga tuh, ntar dirumah kita bahas. Gimana pesanannya udah ada belom.” Suamiku mengingat.
“ Yah...ntar aku tanya. Mbak pesanan kami udah ada ya..” Aku menatap Mbaknya yang lagi sibuk menuangkan susu jahe kedalam plastik. Susu jahe ini, rasanya manis pedes, selain pake susu dan jahe ditambah gula jawa. Enaklah, apalagi untuk menghangatkan badan.
“Ini Mbak pesanannya.” Mbak penjual menyerahkan 2 kantong kresek putih pesanan kami. Mbak penjualnya agak kerepotan melayani pembeli,  walau Mbak ini ditemani suaminya, maklumlah malam minggu pengunjung angkringannya lebih rame dari hari biasa.
“Iya ...,  ini uangnya. Terimakasih Mbak ...” aku tersenyum sebentar dengan Mbaknya, lalu kubimbing suamiku keluar dari  tenda gerobak angkringan,  dan jejer an  motor  serta kendaraan  roda empat.  Dengan dua kantong kresek ditanganku,  kembali kami menyusuri  halaman depan kompleks. Suamiku basa basi sejenak menyapa pak satpam dipos penjagaan pintu gerbang kompleks.  Didalam  kompleks ini suasananya sunyi apalagi jam segini. Sangat jauh beda dengan  tempat angkringan tadi.
“ Sayang....bagaimana, sudah tahukan yang namanya angkringan?”  Aku tersenyum.
“ Kalau di Makassar, namanya bagadang. Ada juga tuh tempat nongkrong malam hari, bedanya dimakanan yang dijual.” Terangku sambil melihat-lihat rumah disepanjang  jalan menuju  rumah kami.
Jam dihpku telah menunjukkan pukul 10 malam. Untuk beberapa kota besar seperti Jakarta dan kota-kota metropolitan, jam segini keramaian baru dimulai. Kota-kota besar sepertinya hampir sama semua, 24 jam tidak tidur. Kendaraan masih bersiliweran,  orang-orang masih sibuk melakukan aktifitas atau ada juga dipaksa , terpaksa untuk melakukan aktifitas. Yang fatal adalah melakukan aktifitas yang dipaksa-paksakan . Kadang kita berpikir untuk mencari angin, menghilangkan kejenuhan atau sekedar menghabiskan waktu,  atau mencari ngantuk  dengan kesibukan yang tidak  berarti. Tanpa disadari kita telah melalaikan banyak waktu,  hingga akhirnya  kita telah bermaksiat kepada Alloh. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat sehingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan; tentang ilmunya, apa yang telah di amalkan; tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia habiskan; dan tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan."(HR. At-Tirmidzi, no. 2417, ad-Darimi, I/135, dan Abu Ya'la dalam Musnadnya, no. 7397).
 Saya teringat perkataan seorang penyair :
Berbekallah ketakwaan karena sesungguhnya engkau tidak tahu…
Jika malam telah tiba apakah engkau masih bisa hidup hingga pagi hari
Betapa banyak orang  yang sehat kemudian meninggal  tanpa didahului sakit…
Dan betapa banyak orang  yang  sakit yang  masih bisa hidup beberapa lama,
Betapa banyak pemuda yang tertawa di pagi dan petang hari,
Padahal  kafan mereka sedang ditenun dalam keadaan mereka tidak sadar,
Betapa banyak anak-anak yang diharapkan panjang umur…
Padahal tubuh mereka telah dimasukkan dalam kegelapan kuburan,
Betapa banyak mempelai wanita yang dirias untuk dipersembahkan kepada mempelai lelaki…
Padahal ruh mereka telah dicabut tatkala di malam lailatul qodar.

“Yah....semestinya ini menjadi motivasi buatku dan kita semua . Masih banyak hal yang harus diperbaiki. Banyak waktu terbuang  percuma oleh kesibukan duniawi. Apakah kita pernah berpikir,  apakah kita tahu arti, makna dari  bacaan shalat yang kita lakukan?,  Berapa surah  dari al-Qur’an  yang kita hafal?, Apakah kita selalu berdzikir ketika  kekamar mandi, keluar kamar mandi, bepergian, mau  tidur , makan atau  akhlak-akhlak lain yang telah dicontohkan oleh  Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam.?     
“Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan (QS Yunus : 7-8)
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya dunia itu dilaknat, berikut segenap isinya juga dilaknat, kecuali jika disertai untuk tujuan kepada Allah SWT. (Al Hadits).”  Aku menarik napas mengingat semua itu.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (dunia) yakni kematian."(HR. At-Tirmidzi dalam Sunannya, no. 2307, an-Nasa'i dalam Sunannya, no. 1824, Ibnu Majah dalam Sunannya, no. 4258, derajat hadits ini Shahih). Jadikanlah dunia hanya sebagai ladang akhirat, kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup didunia ini. “ Sekali lagi  aku menarik napas panjang.
“Sayang ada apa sih, dari tadi narik napas melulu. Tahu tidak, rumah kita sudah lewat, perasaan jauh amat kita jalannya.” Suamiku mengingatkan sambil  memberhentikan langkahku.
“ Ops...! ooo.. iya  lewat ya.....maaf  sayang ..., hehehehe.”  Aku senyum malu . Rupa-rupanya sudah dua rumah terlewati.
“Lamunkan apasih..., kamu ada masalah?
“ Kasih tahu ngak ya...” Aku menggoda suamiku.
“Yah....kasi tahulah , akukan suamimu, masalahmu masalahku juga....”
“Doooo....suami  sholeh....”. Aku menggodanya lagi . “Ngak ada apa-apa, benar  ngak ada apa-apa. Ngg...tapi terima kasih ya sayang atas semuanya. Mohon bimbingannya.”
“Duuuuu....istri sholeha....” Gantian suamiku menggodaku. “Ayo cepetan buka pintunya, lapar  nih.”
“Oke bos..., nah...silahkan masuk keistanah kita hehehe... . Sabar  ya..aku siapkan  makanannya, trus kita makan deh...” aku langsung kedapur menyiapkan  makan malam  kami.
“ Oke nyonya....aku sabar menanti.” Aku senyum-senyum lihat gaya  lucu  suamiku.

Minggu, 09 Desember 2012

DARI CINTA NAYLA


Nay duduk tepekur di salah satu pondok yang sengaja disewakan bagi pengunjung tanjung bayam, kawasan wisata pantai yang berada di sebelah barat, kota Makassar. Tempat yang diduduki Nay, bale-bale yang terbuat dari bambu, dindingnya dilapisi terpal warna coklat yang sudah usang warnanya, dan beberapa titiknya  sudah sobek dimakan terik matahari dan angin laut asin. Sesekali  kaki kirinya mempermainkan pasir putih membentuk lukisan abstrak, atau menendang serakan sampah disekitar kakinya, gelas air mineral, atau bungkus makan ringan dan kulit jagung. Suara deru ombak kecil menemaninya sepanjang siang ini.
Sekali lagi gadis berwajah oriental ini, memandangi ombak yang bekejaran, menimbulkan suara khas yang lembut namun menghentak. “Biarkan rindu ini menjadi hiasan tersendiri  dihatiku, silahkan datang dan silahkan pergi. Aku tidak ingin memaksa untuk  menghentikannya dan menimbulkannya. Suatu saat nanti akan menjadi sebuah bunga-bunga yang berrmekaran  ketika rindu yang sebenarnya datang”. Bathinnya mencoba menenangkan perasaannya.
Dibiarkan jilbab ungunya berhias korsase kuning dipermainkan angin basah. Tak dihiraukannya matahari sudah mulai menyengat nakal menembus kulit putihnya . “Ah…. Kenapa pula ada galau, kenapa pula aku harus meratapi kesedihanku. Move ….Nay…tidak…tidak bisa begini. Putus itu hanya sebuah kata yang berarti  end, selesai, berakhir, stop. Bukan berarti matinya sebuah harapan , kehidupan dan ketidakberdayaan meraih masa depan yang lebih baik. Ini baru awal mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya” Bathinnya lagi, mencoba berdamai dengan galaunya. Ada titik air bening mengalir dipipinya yang tirus. Dia tidak ingin menyekanya. Berharap air bening dan asin ini membawa semua kata-kata sakit dihatinya, jatuh kebumi, menembus pasir dan terbawa  air laut, berganti angin sepoi-sepoi, membawa  lembaran-lembaran bunga  yang harum mewangi.
***************
“Buku kamu jatuh”. Kata-kata datar namun berwibawa keluar dari bibir cowok dengan rambut cepak, lebat dan hitam. Ada senyum tipis terukir diwajah cowok dengan tinggi 165 cm ini. Untuk sesaat Nay terkesima dengan senyum cowok yang berdiri didepannya sambil menyerahkan buku Nay yang  tadi jatuh.
“Mmm…makasih”. Agak kacau suara Nay, tapi untung tidak membuatnya pucat. Malu juga dia dengan suasana  kaku seperti ini. “kenapa juga harus  kaku dan gagu, memang dia ini siapa sampai membuatku kacau begini”. Bathinnya tersadar.
“Ok….bro, thanks ya…”. Akhirnya Nay dapat menguasai perasaannya. Sifat aslinya muncul. Cuek dan seenaknya. Tanpa berkata-kata lagi Nay berlalu dari hadapan cowok yang masih berdiri sambil memandang Nay. Walau Nay berjalan menggunakan kruk disebelah kanannya, tapi gadis ini sangat lincah tanpa kesulitan menyusuri pedestrian kampus hijau.
“Hai…Fahmi..! Segitunya memandang Nay, kamu suka ya…., anaknya manis sih….tapi rada cuek gitu, dan pemakai “. Tiba-tiba Aldo datang menghampiri cowok yang ternyata bernama Fahmi.
 “Ooo… jadi itu Nayla…. Wah…kebetulan. Kita kan ada seminar tentang narkoba. Kita ajak Nay bergabung, untuk sharing didepan  peserta. Saya dengar  dia sudah berhenti  dari narkoba dan sekarang aktif membina anak-anak  pemulung. Kamu ajak saya kenalan dengan Nay. Yuk…mumpung dia ada disekitar kampus”. Fahmi  bergegas sambil menarik tangan sahabatnya.
“Santai aja bro…, kamu ini kalau ada maunya maksa aja. Setelah ini kamu traktir saya ya…”. Aldo tak senang, walau begitu dia ikuti juga langkah Fahmi.
“Ok…mantaplah itu…”.  Fahmi tersenyum senang sambil mengacungkan jempol kanannya, tanda setuju.
************
Nayla, anak semester empat fakultas ekonomi. Dikenal dengan wanita pemakai narkoba. Sebagian teman fakultasnya tidak senang berdekatan dengannya. “Ckckck...gadis itu tidak tahu malu ya, sudah cacat, narkoba lagi”. Semestinya ingat diri dong, ngak punya kaki setengah, malah menyentuh barang haram”. “ Iya...ya kiraian orang cacat baik-baik, tobat dikasi cobaan begitu, eh..ini malah nambah dosa dengan narkoba”. Itu sebagian sindiran teman-teman Nay. Tapi Nayla cuek saja dan tidak ambil pusing dengan perkataan dan cibiran  teman-temannya. Itu masa lalunya, lagian dia sekarang tidak bersentuhan lagi dengan barang yang meresahkan masyarakat ini, tapi surga dunia bagi yang kecanduan. Walau trademerk “pemakai” masih begitu melekat didirinya, Nayla maklum saja dengan sikap teman-temannya, yang belum bisa membedakan pemakai dengan mantan pemakai. Atau tepatnya mereka belum mau menerima keadaan dirinya sekarang. Sebetulnya bagus juga sih, ada kehati-hatian berteman dengan Nay, sebagai peringatan jauhi narkoba, tidak baik untuk kesehatan dan dijauhi teman. Tapi jangan bersikap munafik. Mencibir Nay, malah sikap mereka bukan hanya pemakai tapi pengedar.  
 Nay santai saja menghadapi teman-temannya. Cibiran tidak harus dibalas dengan teguran keras, tapi sikap yang santun dan membuktikan dirinya bukan lagi pemakai narkoba. Mereka tidak tahu cerita yang sesungguhnya kenapa Nay sampai bersahabat dengan narkoba, dan kemudian menjadi cacat. Nay tidak berusaha merubah opini teman-temannya, dengan menslogankan dirinya bersih dari narkotika. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah ingin berbuat sesuatu  yang dianggapnya bisa membantu orang-orang disekitarnya dan menyenangkan hatinya. Maka dia memilih membantu anak-anak pemulung yang tinggal disekitar rumahnya. Mengajari membaca, berhitung dan berbagai ketrampilan. Nay juga tidak mau apa yang dia lakukan mendapat applous atau penghargaan.
Sekali lagi Nay, menarik napas panjang. Mencoba mengeluarkan sesuatu yang menyesakkan dadanya. Nay membiarkan awal pertemuannya dengan Fahmi bermain-main diingatannya, sambil merasakan angin panas laut tanjung bayam.
**********************
            Nayla mengakhiri materinya, “dari cinta kita belajar banyak hal”. Peserta seminar sehari yang diadakan oleh Fakultas kedokteran, memberi applous panjang. Fahmi tersenyum manis pada Nayla ketika mata mereka berpapasan. Nayla membalas tersenyum dan segera duduk disamping Fahmi.
“ Wah… kamu hebat Nay. Saya yakin semua peserta tak ingin  menyentuh yang namanya narkoba”.
“ Aku tidak hebat, apa yang kusampaikan didepan peserta itu karena aku yang mengalaminya sendiri. Jadi bisa memberi penjelasan dengan sangat baik”.
“ Iya….tapi tetap saja kamu sangat bersahaja ketika shared dengan mereka”.
“ Ah… kamu ada-ada saja. Tapi aku tidak sarankan untuk mengetahui lebih dalam tentang narkoba, dengan mencoba menjadi pemakai. Itu pekerjaan sia-sia”.
“ Hehehe….tapi penutup kamu boleh juga, dari cinta kita belajar banyak hal. Ehm…kata-kata yang sangat puitis,, punya makna yang sangat dalam”.
“Hehehe….ternyata calon dokter berbakat juga menilai seseorang”.
“Ya.iyalah seorang dokter tuh harus menjiwai pasiennya, agar bisa dianalisis penyakit apa yang  diderita  sang pasien, jadi kita bisa beri obat yang tepat. Kal…..”
“Hust…! Ngobrol aja nih kalian berdua, pak Prof sudah datang tuh..” Potong Kemal sang moderator sambil berdiri menyambut Prof. Dr.Halim, pemateri selanjutnya. Fahmi dan Nay segera berdiri mengikuti Kemal, berjabat tangan dan mempersilahkan Prof. Halim menduduki tempat yang sudah disediakan.
Seminar sehari yang diadakan fakultas kedokteran, dan Fahmi sebagai ketua panitianya , berjalan dengan sukses. Nayla merasa ada sesuatu yang plong dihatinya. Setidaknya teman-temannya difakultas tahu, pertama kali dia berkenalan dengan narkoba karena kejahilan salah satu temannya yang  menaruh barang haram itu dimakanannya, akhirnya Nayla ketagihan dan tak ingin jauh dari narkoba. Apalagi saat itu keluarganya ditimpa musibah, ayahnya masuk penjara karena korupsi, dan ibunya menderita kanker mulut rahim stadium empat. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan mengatasi masalah berat dalam keluarganya. Nayla yang ketika itu mempersiapkan dirinya masuk perguruan tinggi tidak bisa melakukan apa-apa, dua adiknya masih kecil dan kakak tertuanya lagi menempuh pendidikan S2nya di Cambride, UK, Inggris. Nayla tidak ingin kuliah kakaknya terganggu, makanya dia tidak memberitahu kondisi orangtuanya. Untungnya ada adik mamanya yang mau membantu biaya operasi. Walau bantuan tantenya ini tidak banyak, tapi setidak-tidaknya bebannya agak berkurang sedikit, selebihnya Nayla menjual barang-barang dirumahnya untuk biaya rumah sakit, sekolah dan untuk biaya hari-hari mereka bertiga.
Merasakan enaknya berkenalan dengan narkoba, Nayla jadi tak ingin lepas dari jeratan pil tersebut. Dia merasa nyaman dan bahagia ketika butir pil berwarna pink telah masuk ditenggorokannya. Dia sadar bahwa apa yang dia lakukan tidak ada manfaatnya, malah menjeratnya semakin dalam, tapi gadis dengan hidung bangir ini tidak ingin beranjak dari fantasi yang diberikan pil inex. Nayla sudah merasa nyaman, malas lagi beranjak dari tempatnya, apalagi Nayla sangat mudah mendapatkan inex dengan harga nego, kalau teman-temannya membeli dengan harga 400 ribu perpil, mahal karena berasal dari luar negeri, Nayla membelinya dengan harga  150 ribu saja.
Setelah hampir satu tahun berteman dengan narkoba dan  ketika itu Nay semester dua di fakultas ekonomi, keadaannya berubah dratis. Dengan terpaksa Nay berhenti dari jeratan narkoba. Gadis dengan tinggi 150 cm dengan berat 50 kg, masih tertidur pulas, setelah semalaman berhalusinasi dengan sahabat baiknya, pil inex, tiba-tiba Hpnya berdering, Nay oga-ogahan mengambil hpnya, matanya masih berat untuk melek, sempat diliriknya jam digital di hpnya, jam satu siang.
“Uu...siapa sih nelpon siang-siang begini, mengganggu orang tidur saja..!” Gerutu Nay, masih dengan posisi terlentang diatas tempat tidur. Ditekannya tombol berwarna hijau dengan mata masih tertutup rapat. Rasanya, matanya terlem dan berat untuk membukanya. Terdengar suara hardikan dari seberang  kemudian isak tangis.
“Lo siapa, kenapa marah-marah pake nangis lagi, bicara yang jelas dong ?!”. Balas Nay gusar.
“Kak ini Nasya !. Kenapa semalaman ngak pulang. Mama kritis dan Kakak diminta segera kerumah sakit. Nasya takut kak, mama kenapa-kenapa…”. Nasya adik pertama Nayla menjelaskan sambil sesenggukan.
“ Mama..?! iya kakak segera kerumah sakit. Kamu jangan nangis ya.Ok tutup telponnya, kakak segera kerumah sakit..!” Klik..! Nayla menutup telepon adiknya dengan kasar dan segera beranjak dari pembaringan. Menyambar tas dan kunci motor yang berada disamping tempat tidur. Hatinya galau, resah, jantungnya berdebar lebih kencang, tidak seperti biasanya, sesak rasanya. Tapi dia mencoba untuk sadar. Pengaruh  obat terlarang itu masih terasa. Beberapa saat Nay dengan rambutnya yang masih awut-awut, belum sempat dirapikan, menggelengkan kepala, mencoba mengusir rasa pening dikepalanya, berusaha membuka matanya lebih lebar lagi.
“Wulan bangun..! Dengan kasar Nay menepuk kaki sahabatnya yang semalam tidur dilantai. Rupa-rupanya Wulan tidak sanggup lagi naik ketempat tidur, akibat kebanyakan minum alkohol. Akhirnya terkapar dilantai. Gadis dengan dandanan cowok ini, masih ngorok walau Nayla sudah mencubit tangan dan kakinya berkali-kali.
“ Bodoh ah..!” Akhirnya Nayla menyerah membangunkan sahabatnya . Oleng Nayla keluar dari kamar Wulan. Kepalanya tambah pening, pingin  muntah dia. Tapi dikuat-kuatkan dirinya.
“Mama…tunggu aku, bertahan ya Ma. Maafkan Nayla. Ya Alloh aku mohon selamatkanlah mama hambamu ini”. Tercekat rasanya kerongkongan Nayla menyebut nama Tuhan. Sudah berabad-abad rasanya Nayla tidak menghadirkan Tuhan dihatinya. Dia juga ragu apa Tuhan mendengar permohonannya.
Dengan kecepatan 120 km/jam Nayla menjalankan motor revonya. Tak dihiraukan sopir angkot yang ngedumel ketika Nayla menyalip dari kiri angkutan umum itu. Pikirannya hanya tertuju pada mamanya di rumah sakit. Dan prak! Ciiit…,boom! Sepeda motor Nayla terpental sepanjang dua meter, dan tubuh Nayla terkapar ditengah jalan setelah badannya mengenai pamber belakang mobil hartop, seketika Nay pingsan. Darah mengalir dari hidung dan kepalanya. Tiba-tiba dari arah belakang, mobil truk angkutan barang menginjak kaki kanan Nayla. Orang-orang yang menyaksikan kecelakaan itu hanya bisa menjerit, karena kejadiannya cepat sekali. Belum sempat tubuh Nay diselamatkan, malah kakinya terlindas roda mobil truk.  Miris melihat tubuh Nay yang berlumuran darah. Tak satu orangpun mau memindahkan tubuh Nay kepinggir jalan. Mereka takut, ngeri, tak tega, ragu-ragu, apalagi melihat potongan kaki Nay yang terpisah dari badannya.
**********************
Suasana haru, dan penuh isak tangis mengiringi pemakaman Mama Nay. Saudara-saudara Nay, Nasir yang kuliah di Cambrige university, Nasya,dan Niswan hanya tepekur menyaksikan timbunan liang lahat  yang masih basah. Khusyu kakak beradik ini berdoa semoga perjalanan ibu yang telah melahirkannya dilapangkan jalannya. Ayah mereka mencoba tabah menghadapi cobaan ini. Ditinggal mati istrinya, Nay dirumah sakit belum sadarkan diri dan dirinya masih dipenjara. Untung kepala Lapas mengizinkan menghadiri pemakaman istrinya dan menengok Nay dirumah sakit.
****************
Nayla hanya diam, wajahnya datar tanpa ekspresi mendengar cerita adik papanya, atas semua kejadian yang menimpa dirinya dan keluarganya. Nayla lupa cara tersenyum, lupa harus berkata apa, bersyukur atas semua kejadian ini atau harus meratapi kepedihannya. Pedih ditinggal ibu yang disayanginya tanpa melihat jasadnya untuk terakhir kali, atau pedih melihat kaki kanannya sudah tidak ada setengah.
Nampak Nasya dan adiknya Nasir, sesenggukan diseberang tempat tidur Nayla. Mereka bahagia melihat kakaknya sudah sadar setelah satu bulan lebih tidur dari komanya. Tapi disisi lain mereka sedih melihat kondisi kakak keduanya. Mereka berharap kakaknya tegar menerima keadaan dirinya dan dapat tersenyum kembali.
************
            Ada senyum manis namun tipis, tersungging diwajah putih Nayla. Berlahan Nay berjalan menuju tempat parkir. Dari materi yang dibawakan atau tepatnya testimony yang disampaikan didepan 150 mahasiswa dari enam fakultas dikampusnya, Nay tidak berharap teman-temannya menaruh simpati padanya atau semakin mencibirnya. Dia cuma ingin diperlakukan dan diterima baik, dengan segala keterbatasan dan kemampuannya serta teman-temannya dapat menjauhi narkoba.
Apapun alasan seseorang memakai narkoba, apakah tidak disengaja, sengaja, dijerumuskan atau menjerumuskan diri, tetap saja hal itu tidak diperbolehkan. Karena kegunaan memakai narkoba hanya untuk alasan medis, bukan seperti yang terjadi sekarang, kebablasan, untuk mencari ketenangan bathin. Itupun salah, ketenangan bathin itu ada dipikiran,bukan diobat-obatan. Sebagaimana pepatah Inggris lama mengatakan, everything is nothing but your mind, yang kurang lebih artinya, segala sesuatunya tergantung dari bagaimana anda memikirkan dan menyikapinya.
  Nay menarik napas panjang sambil menstater motornya yang sudah dimodifikasi menjadi motor yang akses bagi disabilitasi seperti dirinya. Nay bersyukur pada Alloh diberi kesempatan kedua dalam menjalani hidupnya. Nay tidak menyesali kaki kanannya tidak ada setengah. “Bukankah kaki ini kepunyaan Alloh. Selama ini aku telah memakainya dijalan yang sia-sia. Untung diambil setengah, kalau dua-duanya?” bathin Nay, mencoba memaknai taqdirnya.
“ Hai…! Melamun. Entar motornya jalan sendiri lho” . Fahmi tiba-tiba menepuk pundak Nay. Sejenak Nay kaget, lalu tersenyum manis setelah tahu siapa yang menegurnya. Nay mematikan motornya yang beroda tiga.
“Sudah mau pulang juga”. Basa-basi Nay, mencoba mencairkan suasana, atau tepatnya suasana hatinya.
“Iya begitulah. Urusan seminar sudah selesai semua. Besok disambung lagi. Kamu sendiri, dari sini mau langsung pulang atau jalan kemana dulu”.
“Ehmmm, langsung pulang. Istirahat, trus sebentar sore saya rencana ketoko buku. Emang kenapa nanya-nanya”.
“ Ah..ngak, nanya doang.Toko buku mana, saya temani mau”. Wajah Nay memerah, untung hanya sesaat, selanjutnya Nay dapat kuasai hatinya . Kaget juga dia dengan tawaran Fahmi.
“ Memang mau beli buku atau…..”
“ Kalau dapat buku bagus dan cocok didompet, saya beli. Yang jelas , mau ndak saya temani”.
Nay diam sejenak. Bingung dia. “Ini orang sekenanya, main ceplas-ceplos aja”. Bathinnya.
“Ee…malah diam. Ok ya, saya jemput jam empat sore. Saya sudah tahu rumah kamu. Tadi saya baca di CV kamu”.
“Kita janjian saja ditoko bukunya, ndak usah dijemput. Saya ada motor kok”. Nay mencoba memberi alasan.
“ Saya tahu kamu punya motor. Tidak ada salahnyakan seorang cowok menjemput seorang cewek. Atau…ada yang marah ya….Selagi janur kuning belum melengkung, sah-sah saja saya kerumah kamukan? Fahmi memamerkan gigi putihnya, tersenyum menggoda.
“ Bisa saja kamu. Tapi jangan nyesel ya. Kamu tahu kan saya pake kruk”.
“Iya…, ndak perlu dijelaskan. Ok see you again,at four o’clock”. Fahmi melambaikan tangan kanannya, tanda mengakhiri percakapan mereka dan segera menuju tempat dimana motornya diparkir. Nay hanya tersenyum membalasnya, bergegas keluar dari halaman parkir. Hatinya sedikit kacau, disudut hatinya yang dalam ada rasa senang. Tapi segera ditepisnya.
“ Tidak Nay, kamu jangan menghayal, bermimpi. Itu namanya mimpi tak bertepi. Mana mungkin Fahmi, calon dokter, memilih wanita seperti dirinya, mantan pemakai narkoba, disabilitas lagi. Jauhhhhhhhhhhh banget hayalanmu Nay”. Bathinnya sambil menghalau perasaannya yang sudah disusupi getar-getar aneh.
“ Kok cepat sekali saya mengartikan getar-getar aneh ini sebagai jatuh cinta. Apa dengan menjemputku ketoko buku, berarti Fahmi jatuh cinta padaku? Nay….Nay….naif sekali perasaanmu”. Bathinnya lagi. Akhirnya Nay capek sendiri berdebat dengan bathinnya. 
*******************
Hari – hari  Nay dijalani dengan banyak senyum. Dibalik disabilitas yang disandangnya, kegiatannya makin bertambah. Anak didiknya juga bertambah, karena lokasi binaannya juga meluas., sekarang menjadi 5 kelurahan. Nay ingin merubah image, kalau selama ini kaum disabilitas disantuni, dibantu, maka Nay berpikir sebaliknya. Walau kaki kanannya tidak utuh lagi, tapi hati dan pikirannya masih utuh.
Tidak gampang memang bergelut dengan kegiatan yang tidak popular, membina anak pemulung dan anak-anaknya susah diatur, apalagi Nay sebagai pembinanya, seorang disabilitas. Yang paling berat adalah merubah mind set pada dirinya, bahwa dia bisa melakukan sesuatu yang membawa manfaat bagi orang lain dan dia mampu melakukannya.
“ Alloh telah memberiku kehidupan yang kedua, maka aku harus menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya”. Tekadnya selalu dalam hati. 
Tidak sedikit orang menyangsingkan kemampuannya membina anak pemulung. Pernah sekali, Nay mendapat cibiran dari salah satu pegawai dinas sosial, ketika Nay mengecek proposal yang diajukan.
“ Apa kamu punya kemampuan? Tidak salah?. Semestinya kamu itu yang masih perlu dibina, disantuni, coba lihat keadaan kamu. Memang kamu bisa? berjalan saja susah”. Nay tersenyum mendengar penuturan bapak didepannya.
 Alhamdulillah tidak ada masalah. Sekarang anak binaan saya 120 orang. Bapak bisa baca kok diproposal yang saya ajukan, dan disitu juga ada bukti dokumentasi kegiatan yang selama ini kami lakukan”.
Itu hanya sebagian kecil dari perjuangan Nay. Kata Aa Gym, dalam melakukan sesuatu tidak perlu tunggu hasilnya tapi nikmati prosesnya. Nay mencoba saja melakukan yang terbaik dan sesuai dengan kemampuannya. 
*****************
Nay tersenyum sumringah, melihat Fahmi sibuk memberikan pengarahan didepan anak pemulung dikelurahan Nay. Alhamdulillah, akhirnya Nay mendapat sponsor dari fakultas Fahmi kerjasama dengan dinas kesehatan kota untuk melakukan kegiatan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat). Sekitar 100 anak pemulung dan keluarganya diberi pengarahan bagaimana melakukan hidup bersih dan sehat yang dimulai dari rumah tangga.
Nampak anak-anak pemulung dan keluarganya sangat menikmati kegiatan tersebut, karena diselingi dengan game-game menarik, sebagai rehat sejenak dari rutinitas mereka,  seharian mencari nafkah untuk menyambung hidup, dikota yang semakin keras dalam mempertahankan hidupnya.  
Hati Nayla kembali berdesir, ketika Fahmi meliriknya. Mereka berdua tersenyum. “Adakah bahagia lebih dari apa yang kurasakan sekarang? Sepertinya tidak ada. Inilah kebahagiannya.”. Nayla bersyukur setelah meyakinkan ketulusan cinta Fahmi akan dirinya yang disabilitas fisik dan mantan pemakai narkoba, akhirnya Nay mantap menerima cinta Fahmi. Nayla mencoba meyakinkan dirinya, bahwa Fahmi memberikan cintanya bukan karena kasihan tapi karena Nay layak untuk dicintai. Fahmi berusaha juga meyakinkan hati gadis pujaannya dengan memperlakukan Nay dengan baik, tanpa menyinggung soal disabilitasnya.
Mereka menjalani hubungan dengan saling mendukung, memberi semangat dan Fahmilah yang mendukungnya berbusana muslimah. Hingga akhirnya apa yang ditakuti Nayla terjadi. Sehari setelah mereka wisuda, Fahmi dengan gelar dokternya dan Nayla dengan gelar sarjana ekonominya, mendatangi rumah Nayla, dan mengatakan hubungan mereka sampai disini saja.Tak ingin menyakiti hati Nayla lebih dalam lagi. Alasannya klise, Fahmi dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya, dan Fahmi tidak kuasa menolak sebagai anak yang berbakti pada orangtua yang melahirkannya. Nayla hanya diam dan berurai air mata. Dicobanya meyakinkan perkataan Fahmi, mungkin cowok yang telah dipacarinya satu tahun lebih ini keliru, Tapi Fahmi mantap memutuskan hubungan mereka.
*****************
Angin panas semakin menyengat pori-pori Nayla, tapi gadis ini belum beranjak dari bale-bale yang didudukinya. Sekarang pukul 01.15, itu berarti sudah lima jam Nayla duduk sendiri dipinggir laut tanjung bayam, memandangi ombak yang saling bekejaran.
“ Yah...ini taqdirku yang lain. Mungkin Alloh akan memberikanku pendamping hidup yang lebih baik, yang ikhlas menerima diriku, tapi kulalui dulu kebersamaan dengan Fahmi”. Nayla mencoba berfilosofi sendiri.
            Dia teringat kata-kata sang motivator, Mario Teguh, “orang yang menghianati kita adalah yang pernah mencintai kita dengan tulus”.
Angin laut masih saja mempermainkan jilbab Nayla. Nayla tersenyum tipis, mencoba menegakkan kepala. Bangkit dari tempat duduknya, berjalan berlahan memakai kruk ditengah pasir putih yang panas ditimpah terik matahari. Tiba-tiba didepanya telah berdiri seseorang yang tak asing lagi bagi Nayla, laki-laki muda ini tersenyum manis, nampak ketulusan terpancar diwajahnya.
“ Aku sengaja menjemputmu, dan aku tahu kamu pasti kesini. Yuk saya antar kamu pulang, lagian matahari semakin terik, kuatir kulitmu terbakar”.  Pelan suara Edy, sahabat masa kecil Nayla menjelaskan maksud kedatangannya. Nayla hanya bisa tersenyum, pikirannya blank, walau bisa merasakan ada sesuatu yang terjadi.
*******************
menapaki malam yang mulai beranjak redup,
menepis semua angan yang tak perlu,
jika batas senja mulai beranjak memasuki gerbang,
kuharap semua kan tercapai,
setangkai cinta buat wanita,
tegar, penuh pesona bagai kilau permata,
perjuanganmu belum sampai,
sampai batas yang telah ditentukan,
biarkan semua mengalir,
jangan lari,
karena engkau setangkai mawar cinta yang terpilih.

*************************************************