Sepenggal
dari buku Allah Maha Pemurah –penulis :
Ustadz Yusuf Mansur
Saya sangat salut dengan istri
saya. Walaupun usianya jauh dari saya, kesabarannya luar biasa. Jika ada sesuatu
yang
tidak dia sukai dari saya, biasanya paling cepat satu
hari dia baru mengemukakan kepada saya. Itupun
tidak langsung diserang dengan
berbagai perkataan yang menyakitkan. Jika kita melihat di sekeliling kita,
banyak sekali orang yang suka langsung menyerang jika ada sesuatu yang tidak dia sukai . Namun , istri saya tidak begitu.
Dia suka menahan diri. Di kemudian hari, saya tahu rahasianya mengapa istri
saya bisa menahan diri. Ternyata, istri saya memilih mengadu kepada Allah
terlebih dahulu. Ilmunya memang begitu. Jika kita punya masalah, laporkan
terlebih dahulu kepada Allah . Termasuk ketika istri saya gelisah . misalnya
ada SMS nyelonong masuk, ada perempuan dari Medan bawa kopor minta dilamar oleh
saya. Jika istri orang lain, dengan kondisi seperti itu, saya ngak tahu,
mungkin sudah pingsan. Lalu, bagaimana
istri saya menyikapinya? Dia santai saja. Baru setelah sehari dua hari kemudian
baru bilang, “ka, kemarin ada yang datang tuh?” Barulah istri saya bercerita.
Karena suasana dingin, alhamdulillah adem-adem
saja.
Kita berdoa dengan penuh harap
kepada Allah mudah-mudahan bukan hanya keluarga kita yang bahagia, tetapi juga
rumah tangga anak menantu kita. Kita
doakan mudah-mudahan keluarga mereka menjadi keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Allah
menjadikan rumah tangga kita seperti rumah tangganya Nabi Yusuf, Nabi Adam dan
Hawa, seperti rumah tangganya Nabi Muhammad saw dengan Khadijah Al-Kubra. Rumah
tangga merekalah yang selalu kita dengar
dalam ceramah-ceramah, dalam doa
yang dibacakan ketika khutbah nikah.
Istri kita sebagai wanita shalehah
terlihat dari ketaannya kepada Allah dan
Rasulullah saw. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi
wanita yang sudah menikah, tetapi juga bagi remaja puteri . Mulialah wanita
shaleha. Didunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan
melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shaleha digambarkan Rasulullah saw
dalam sabdanya :
“Dunia
ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shaleha (HR.
Muslim)”
Ciri-ciri wanita shaleha :
1.
Taat kepada Allah dan Rasul-Nya :
- ·
Mencintai Allah
SWT dan Rasulullah saw melebihi
segalanya
- ·
Wajib menutup aurat
- ·
Tidak berhias dan berperangai seperti
wanita jahilia
- ·
Tidak bermusafir atau bersama
dengan lelaki dewasa
- ·
Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan takwa
- ·
Berbuat
baik kepada ibu dan bapak
- ·
Senantiasa bersedekah , baik dalam
keadaan susah ataupun senang
- ·
Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- ·
Bersikap baik terhadap tetangga
2. Taat
kepada suami :
- ·
Memelihara kewajiban terhadap suami
- ·
Senantiasa menyenangkan
suami
- ·
Menjaga
kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tidak ada dirumah
- ·
Tidak cemberut dihadapan suami
- ·
Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- ·
Tidak keluar tanpa izin suami
- ·
Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- ·
Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- ·
Tidak menerima tamu yang dibenci
suaminya
·
Senantiasa memelihara diri, kebersihan
fisik dan kecantikannya serta rumah tangga.
Dalam Al-Qur’an surah An-Nur (24) ayat 30-31, Allah
SWT, memberikan gambaran wanita shalehah sebagai wanita yang senantiasa mampu
menjaga pandanganya. Ia selalu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Make-upnya adalah basuhan air wudhu, lipstiknya
adalah zikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Qur’an . Wanita shalehah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya.
Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalehah yang centil, suka
berjingkrak-jingkrak dan
menjerit-jerit saat mendapat
kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang
penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya
bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah). Wanita shalehah itu murah senyum . Baginya, senyum
adalah sedekah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyum manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak
menimbulkan fitnah bagi orang lain.
Wanita shalehah juga pintar dalam bergaul . Dengan
pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah, ia akan selalu mengambil hikmah
dari orang-orang yang ia temui .
Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Ia juga
selalu menjaga akhlaknya . salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala
tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Qur’an dan sunnah. Ia sadar bahwa semakin
kurang iman seseorang , semakin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa
malunya, semakin buruk kualitas akhlaknya.
Pada prinsipnya, wanita shalehah adalah wanita yang
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang dia gunakan. Justru , ia selalu menjaga
kecantikan dirinya agar tidak menjadi
fitnah bagi orang lain. Kecantikan suatu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Namun jika tidak
berhati-hati., kecantikan bisa menjadi sumber masalah yang akan menyulitkan
pemiliknya sendiri. Saat mendapat keterbatasan fisik, wanita shalehah tidak
akan kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap
kufur nikmat. Dia tidak akan merasa
minder dengan keterbatasannya.
Pribadinya begitu indah sehingga hiasan apapun yang dipakainya akan memancarkan
cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia
polos, tanpa hiasan sedikitpun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan
menyejukkan hati orang –orang disekitarnya.
Jika ingin menjadi wanita shalehah, belajarkan dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang
kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan, kita bisa mencontoh istri Rasulullah saw seperti Aisyah. Ia terkenal
dengan kekuatan pikirannya . Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang
ilmu bagi suami dan anak-anak. Contoh pula Siti Khadijah , figur istri shalehah
penentram batin, pendukung setia dan penguat semangat suami dalam berjuang
dijalan Allah SWt. Beliau berkorban
harta, kedudukan dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya
kesan keshalehan Khadijah hingga nama
beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walaupun Khadijah sudah meninggal.
Bisa jadi wanita shalehah muncul dari sebab
keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tuturnya katanya, bisa
jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya
menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalehah
tiba-tiba muncul tanpa didahului sebuah
proses. Disini factor keturunan
memainkan peran. Begitupun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan dan lain-lain.
Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak
wanita bisa sukses. Namun, tidak semua
bisa shalehah. Shalehah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya
pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja
bagi wanita yang sudah menikah, melainkan juga bagi remaja putri. Tidak akan
rugi jika seorang putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan
jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah
kualitas ilmu, amal dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “jika kita
ingin mengenal pribadi seseorang, lihatlah teman-teman disekelilingnya.
Peran wanita shalehah sangat besar dalam keluarga,
bahkan Negara. Kita pernah mendengar bahwa disamping seorang pemimpin sukses
ada seorang wanita sangat hebat. Jika wanita shalehah ada disamping para lelaki
di dunia ini, berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita
hanya ditempatkan sebagai pelengkap yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa
peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika
tiang penopang bangunan itu rapuh, sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi
yang tersisa, kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa. Ia tinggal
memilih, apakah akan menjadi tiang kuat atau tiang rapuh? Jika ingin menjadi
tiang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalehah dengan
mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga
kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farjinya, pesona wanita shalehah
akan melekat pada diri kaum wanita kita.
Sabar
menghadapi kondisi yang terjadi didalam keluarganya merupakan salah satu ciri
istri shalehah. Kesabaran yang dia lakukan ada dalam rangka membangun rasa
syukur dan kecintaannya kepada Allah Swt.