Jumat, 20 Juli 2012

Allah mengabulkan doa hambanya


Sepenggal dari  buku 40 kisah pengantar anak tidur – Penulis Najwa Husein Abdul Azis

Allah mengabulkan doa orang yang kesusahan dan membutuhkan :
Malik bin Dinar r.a. bercerita, bahwa pada suatu hari, ketika ia hendak pergi menunaikan ibadah haji, ia melihat sekor burung yang paruhnya ada sepotong roti. Dengan takjub ia bergumam, “Demi Allah, saya akan memperhatikan apa yang akan dikerjakan burung itu dengan sepotong rotinya.”
Saat Malik bin Dinar mengikuti  burung itu, ia melihatnya menghampiri seorang  kakek yang terikat. Lalu burung itu menyuapi kakek tersebut dengan roti sedikit demi sedikit. Kemudian burung itu terbang untuk mengambil air dengan paruhnya dan menuangkannya kemulut  kakek itu.
Malik bin Dinar mendekati kakek itu dan bertanya, “Hai orang tua, apa yang terjadi denganmu?” kakek itu menjawab, “seluruh harta saya dirampas oleh perampok. Kemudian saya diikat disini sampai  lima hari saya menahan lapar . Tapi saya sabar  dengan cobaan ini dan berdoa , “Ya Allah yang  selalu mengabulkan doa orang yang sedang kesusahan, saya sedang kesusahan ya Allah, kasihanilah saya.” Maka Allah mengutus burung ini.”
Setelah itu, Malik bin Dinar membukakan ikatan kakek itu dan mereka berjalan bersama  untuk menunaikan ibadah haji.
Hikmah cerita :
Sesungguhnya Allah mengabulkan doa orang  yang bertakwa dan  orang yang sedang kesusahan. Hal ini sesuai dengan firmanya  dalam QS : an-Naml : 62 yang artinya :
“ atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya.” 



Sabtu, 07 Juli 2012

Kesabaran Seorang Istri


Sepenggal  dari buku Allah Maha Pemurah –penulis : Ustadz Yusuf  Mansur
Saya sangat salut dengan istri saya. Walaupun usianya jauh dari saya, kesabarannya luar biasa. Jika ada sesuatu  yang  tidak  dia  sukai dari saya, biasanya paling cepat satu hari dia baru mengemukakan kepada saya. Itupun  tidak  langsung diserang dengan berbagai perkataan yang menyakitkan. Jika kita melihat di sekeliling kita, banyak sekali orang yang suka langsung menyerang  jika ada sesuatu yang tidak  dia sukai . Namun , istri saya tidak begitu. Dia suka menahan diri. Di kemudian hari, saya tahu rahasianya mengapa istri saya bisa menahan diri. Ternyata, istri saya memilih mengadu kepada Allah terlebih dahulu. Ilmunya memang begitu. Jika kita punya masalah, laporkan terlebih dahulu kepada Allah . Termasuk ketika istri saya gelisah . misalnya ada SMS nyelonong masuk, ada perempuan dari Medan bawa kopor minta dilamar oleh saya. Jika istri orang lain, dengan kondisi seperti itu, saya ngak tahu, mungkin  sudah pingsan. Lalu, bagaimana istri saya menyikapinya? Dia santai saja. Baru setelah sehari dua hari kemudian baru bilang, “ka, kemarin ada yang datang tuh?” Barulah istri saya bercerita. Karena suasana dingin, alhamdulillah adem-adem  saja.
Kita berdoa dengan penuh harap kepada Allah mudah-mudahan bukan hanya keluarga kita yang bahagia, tetapi juga rumah tangga anak menantu kita.  Kita doakan mudah-mudahan keluarga mereka menjadi keluarga  sakinah, mawaddah, wa rahmah. Allah menjadikan rumah tangga kita seperti rumah tangganya Nabi Yusuf, Nabi Adam dan Hawa, seperti  rumah tangganya Nabi  Muhammad saw dengan Khadijah Al-Kubra. Rumah tangga merekalah yang selalu kita dengar  dalam  ceramah-ceramah, dalam doa yang dibacakan  ketika khutbah nikah.
Istri kita sebagai wanita shalehah terlihat  dari ketaannya kepada Allah dan Rasulullah saw. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tetapi juga bagi remaja puteri . Mulialah wanita shaleha. Didunia,  ia akan menjadi  cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah  akan menjadikannya  bidadari di surga. Kemuliaan  wanita shaleha digambarkan Rasulullah saw dalam sabdanya :
“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shaleha (HR. Muslim)”
Ciri-ciri wanita shaleha :
1.      Taat kepada Allah dan Rasul-Nya :
  • ·         Mencintai  Allah  SWT dan Rasulullah saw melebihi  segalanya
  • ·         Wajib menutup  aurat
  • ·         Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahilia
  • ·         Tidak bermusafir  atau bersama  dengan lelaki dewasa
  • ·         Sering membantu lelaki  dalam perkara kebenaran,  kebajikan dan takwa
  • ·         Berbuat  baik kepada  ibu dan bapak
  • ·         Senantiasa bersedekah , baik dalam keadaan  susah ataupun senang
  • ·         Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
  • ·         Bersikap baik terhadap tetangga 
2.      Taat kepada suami :
  • ·         Memelihara  kewajiban terhadap suami
  • ·         Senantiasa  menyenangkan  suami
  • ·         Menjaga  kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tidak ada dirumah
  • ·         Tidak cemberut dihadapan suami
  • ·         Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
  • ·         Tidak keluar tanpa izin  suami
  • ·         Tidak meninggikan suara melebihi  suara suami
  • ·         Tidak membantah  suaminya dalam kebenaran
  • ·         Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya
·         Senantiasa memelihara diri, kebersihan fisik dan kecantikannya serta rumah tangga.
Dalam Al-Qur’an surah An-Nur (24) ayat 30-31, Allah SWT, memberikan gambaran wanita shalehah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga  pandanganya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Make-upnya adalah basuhan air wudhu, lipstiknya adalah zikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak  bacaan Al-Qur’an . Wanita shalehah  sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalehah yang centil, suka berjingkrak-jingkrak  dan menjerit-jerit  saat mendapat kesenangan.  Ia akan sangat  menjaga setiap tutur katanya agar  bernilai bagaikan untaian intan yang penuh  makna  dan bermutu tinggi.  Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber  dari  kemampuannya menjaga diri  (iffah). Wanita  shalehah itu murah senyum . Baginya, senyum adalah sedekah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki  yang dijumpainya  diberikan senyum manis.  Senyumnya adalah  senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.
Wanita shalehah juga pintar dalam bergaul . Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah, ia akan selalu mengambil  hikmah  dari orang-orang  yang ia temui . Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan  bagi dirinya maupun orang lain. Ia juga selalu menjaga akhlaknya . salah satu ciri bahwa imannya kuat  adalah kemampuannya memelihara  rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat  sesuatu yang menyimpang dari bimbingan  Al-Qur’an dan sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang , semakin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, semakin buruk kualitas akhlaknya.
Pada prinsipnya, wanita shalehah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya  bukan dari aneka aksesoris  yang dia gunakan. Justru , ia selalu menjaga kecantikan  dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan suatu saat bisa jadi anugerah  yang bernilai. Namun jika tidak berhati-hati., kecantikan bisa menjadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri. Saat mendapat keterbatasan fisik, wanita shalehah tidak akan kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat.  Dia tidak  akan merasa  minder  dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga hiasan apapun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun  ia polos, tanpa hiasan sedikitpun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang –orang disekitarnya.
Jika ingin menjadi wanita shalehah, belajarkan  dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan, kita bisa mencontoh istri  Rasulullah saw seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya . Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak. Contoh pula Siti Khadijah , figur istri shalehah penentram batin, pendukung setia dan penguat semangat suami dalam berjuang dijalan Allah SWt.  Beliau berkorban harta, kedudukan dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalehan  Khadijah hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walaupun Khadijah sudah meninggal.
Bisa jadi wanita shalehah muncul dari sebab keturunan. Seorang  pelajar  yang baik akhlak dan tuturnya katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya  menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalehah tiba-tiba muncul tanpa didahului sebuah  proses. Disini  factor keturunan memainkan peran. Begitupun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak wanita bisa sukses. Namun, tidak  semua bisa shalehah. Shalehah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, melainkan juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “jika kita ingin mengenal pribadi seseorang, lihatlah teman-teman disekelilingnya.
Peran wanita shalehah sangat besar dalam keluarga, bahkan Negara. Kita pernah mendengar bahwa disamping seorang pemimpin sukses ada seorang wanita sangat hebat. Jika wanita shalehah ada disamping para lelaki di dunia ini, berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, sudah pasti bangunannya akan roboh  dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa, kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa. Ia tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang kuat atau tiang rapuh? Jika ingin menjadi tiang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalehah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farjinya, pesona wanita shalehah akan melekat pada diri kaum wanita kita.
Sabar menghadapi kondisi yang terjadi didalam keluarganya merupakan salah satu ciri istri shalehah. Kesabaran yang dia lakukan ada dalam rangka membangun rasa syukur dan kecintaannya kepada Allah Swt.