Bosan seharian dirumah, aku memutuskan ke PL (
pantai losari) dengan kendaraan roda dua, aku berboncengan dengan sahabatku
Nora. Kotaku yang sudah mulai temaram dibalut dingin dan angin sepoi-sepoi,
ditaburi bintang gemintang menemani para
petualang yang menjejal berbagai kesibukan malamnya. Kami menyusuri jalanan perkotaan yang semakin ramai oleh padatnya kendaraan.
Disetiap sudut nampak lampu jalanan dan gedung-gedung berkerlap-kerlip
menambah semaraknya malam senin.
Kota yang sudah tidak tidur 24
jam, rupa-rupanya kotaku sudah bermerek kota megapolitan, semakin malam
semakin meriah. Kulirik jam dipergelangan tanganku jam sebelas lewat
duabelas menit. Kalau zaman saya SD
dulu, jam segini sudah terbang kepulau kapuk alias ngorok. Yah….sekarang zaman
telah berubah. Sekarang untuk sebuah urusan
harus diselesaikan sampai larut malam, 24 jam. Begitu kali ciri kota
megapolitan . Entah siapa yang memberi
kontribusi bersibuk-sibuk ria
sampai jam malam, kotanyakah , manusianya atau tuntutan kesibukan.
Entahlah….tapi manusia adalah pemegang kendali dari ketiga hal tersebut.
Akhirnya kami sampai juga di PL, nampak tempat parkir dipadati oleh
kendaraan bermotor. Setelah mendapat tempat untuk parkir motor,
saya dan Nora menyusuri pelataran PL, berbentuk setengah lingkaran dengan luas
hampir satu hektare. Para pedagang dadakan rame menawarkan dagangannya, mulai
dari baju kos, sovenir khas daerah, makanan, snack dan berbagai minuman sampai
dengan mainan anak-anak. Kami memilih
tempat duduk yang
terbuat dari beton berbentuk
bundar dan ditengahnya ada pohon kelapa.
Pandangan kami langsung menghadap kelaut . Angin laut mempermainkan
jilbab kami, dingin menembus pori-pori.
PL
sangat terkenal diseluruh dunia,
apalagi ketika sore menjelang, ratusan orang sengaja datang nongkrong
menikmati panorama sunset, kata wisatawan mancanegara merupakan
sunset terindah didunia. PL adalah waterfront-nya Kota Makassar. Berbentuk garis pantai
sepanjang kurang lebih satu kilometer . Agar lebih asyik
menikmati matahari merah yang
terbenam disore hari, disediakan juga banana boat dan perahu bebek. Ah pokoknya
PL tempat santai yang
murah, meriah dan asyik, apalagi lokasinya
tidak jauh dari pusat kota hanya 3 kilometer.
Saya dan Nora asyik
membahas kegiatan kami untuk
bulan depan sambil makan kacang rebus ditemani
sarabba, minuman hangat khas Makassar, yang terbuat dari campuran jahe,
gula merah/aren, marica, santan kemudian dimasak sampai kental; ketika tiba-tiba ada yang menegurku,
“ Nurul….! Kamu Nurulkan?! Aku Tia….”
Sejenak aku melongo, mencoba mengingat-ingat
siapa gerangan wanita yang
mengaku mengenalku. Rasa-rasanya aku
mengenal tapi aku lupa dimana dan kapan. Duh…ingatanku ini sudah tak setajam
dulu lagi.
“Tia, teman kuliah dulu, itu lho yang
anak sospol. Kitakan dulu sama-sama panitia seminar. Kamu ketua panitianya dan saya sekretarisnya. Ingatkan…”
“wah…kalau Tia masih mengingat wajahku setelah sekian tahun berlalu, itu berarti wajahku
masih wajah anak kuliahan, hihihihi……” senyumku
dalam hati.
“O… iya, wah sudah lama kita tidak ketemu,
kamu masih cantik , masih seperti dulu.” Akhirya aku putuskan untuk pura-pura
mengenalnya, daripada lama-lama bengong, namun aku mencoba mengingat temanku
yang satu ini. Perasaan waktu kuliah dulu, emang pernah ikut seminar difakultas sospol , tapi bukan sebagai
panitia, cuma peserta doang.
Adanya juga ketua panitia tapi itu difakultas saya, ekonomi manajemen. Aku mempersilahkannya duduk dan
menawarkan kacang rebus dan sarabba. Aku
juga memperkenalkannya ke Nora.
“Tia kok kamu sendirian ke PL, trus sekarang kamu sudah menetap di Makassar
atau sekedar liburan.” Aku masih mencoba mengingat-ingat , membuka
kembali lembaran masa kuliah dulu. Aku jadi ragu, jangan-jangan Tia salah orang nih. Nora juga, ngak ngomong apa-apa kalau mengenal Tia,
padahal kami satu fakultas. Tapi aku
mengerti , zaman kuliah dulu, Nora ndak banyak gaul dengan mahasiswa fakultas
lain. Mungkin Nora emang tidak mengenal Tia.
“Hmmmm….aku sendirian ke Makassar, sebetulnya
aku menetap di Bandung. Tapi aku lagi ada masalah, jadi aku pulang kampung.
Kamu masih ingat kampung sayakan, Nurul?”.
“Duh….mana aku tahu. Mengingatmu sebagai teman
kuliahku dulu saja, sampai detik ini aku belum ingat-ingat apalagi mengingat
kampungmu.” Bisikkku dalam hati.
“iya..” jawabku datar dan ragu-ragu.
“kenapa ya…percintaan selalu diuji dengan
perselingkuhan..” Raut wajah Tia berubah dratis, menjadi sendu,
bukan senang duit, tapi sedih. Dari
lampu mercuri yang terpasang dibeberapa sudut PL, nampak mata Tia berkaca-kaca.
“Wah…gawat. Kalau sudah bicara perasaan,
apalagi pengkhianatan. Aku angkat tangan
deh. Jadi bingung . Tepatnya bukan bingung tapi aku benar-benar lagi tidak
mood bicara hati terluka ini malam. Karena
seharian ini, sudah tiga orang curhatan dengan masalah yang sama, manalagi aku
harus menguras otak untuk proyekku selanjutnya. “ Aku mencoba tersenyum tulus dan simpati didepan Tia.
“Aku telah memberikan segalanya. Aku
memperhatikan dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku tulus ikhlas
mencintainya, tapi apa balasannya, sebuah pengkhianatan, pengkhianatannya tidak
tanggung-tanggung, berselingkuh dengan teman saya sendiri!” Suara Tia mulai meninggi dan agak parau. Air matanya satu dua butir membasahi bulu
mata palsunya. Aku belum mengeluarkan
suara tapi kuelus pundaknya sebagai rasa
simpatiku. Sebetulnya aku dan
Nora ke PL untuk melepas penat karena
seharian aku menyelesaikan proyek proposal. Tapi rupa-rupanya jadi tempat curhat deh. Yah… ndak apa-apalah. Walau tidak memberi pendapat tapi mendengar keluhan seseorang , setidak-tidaknya sama
dengan 50% masalahnya telah terselesaikan. Hihihi ….ini teori siapa ya…., aku
ngarang aja deh….
“Kamu tahu Nurul, aku mengeluarkan banyak uang
untuk menjaga penampilanku, itu semua demi dia, agar betah berada
disampingku dan tidak malu berjalan denganku. Aku belajar dan bekerja dengan giat, aku pingin dia bangga , bahwa kekasih
hatinya ini adalah wanita smart.
Bukankah laki-laki suka dengan wanita smart juga mandiri. Walau aku capek seharian kerja, waktu untuknya selalu ada. Tapi apa
? Dia tidak pernah menghargai itu semua. Malah tega menduakan cintaku. Apakah semua laki-laki begitu? Dan kenapa wanita itu juga tega menjalin hubungan dengan laki-laki yang sudah ada pasangannya. Tidak punya
perasaan, bagaimana kalau wanita tersebut berada diposisiku, pasti dia juga sakit hati!” Kembali aku tersenyum simpati
sambil menepuk pelan punggung
tangan kanannya. Kulirik sejenak Nora yang duduk disamping
kiriku, Nora hanya diam sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, wajahnya ikut sendu-kalau ini benar sendu= senang duit,
emang Nora senang duit , hehehehe…
“ Mungkin Allah sedang mengujiku, karena aku sangat mencintainya.
Mungkin Allah cemburu karena aku sangat
mencintai mahluknya lebih dari
dirinya?” Aku menatap wajah Tia yang
sudah basah oleh linangan air mata. Aku memberikan senyum manisku dan menarik napas
pelan. Nora serta merta memberikan Tia
dua lembar tissue. Aku berpikir, kata-kata apa yang cocok kukeluarkan
untuk menghiburnya. Aku teringat salah satu bacaan Al-Quran An-Nahl
: 96 : “ Apa yang ada di
sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
“ Hatiku sakit…, aku nanya , apa kesalahanku ,
supaya aku bisa perbaiki. Tapi apa jawabnya tidak ada. Bagaimana aku bisa
memperbaiki kesalahanku bila dia jawab tidak ada, dasar laki-laki
pengkhianat. Huk..huk…huk…, apa sih yang dia banggakan dengan wanita itu! Huk…huk…huk…….”
Aku manatap laut didepanku, hitam dan gelap, walau ada lampu
mercuri menyorot kearah laut tapi tidak bisa menerangi secara maksimal. Pengunjung
masih ramai bercengkerama
di sekitar pelataran PL. Nampak dijalanan
, dibelakang kami, suara hiruk pikuk
motor beradu dengan kendaraan roda empat
belum juga reda. Jam rolexku , menunjukkan kurang lima menit jam
dua belas. Kubiarkan Tia menangis sesunggukan, melepas galau dihatinya. Aku seruput sarabbaku yang tinggal dua
tengguk lagi. Sudah dingin tapi masih menghangatkan. Aku masih bingung kata-kata untuk menghibur Tia, yang mengaku teman kuliahku dulu. Kalau aku
katakan sabar, ah…ngak pas banget, pasti Tia sudah tahu itu. Aku katakan cooling down dulu, bukankah Tia ke Makassar sudah melakukannya. Kalau aku katakan walk away, sama aja. Sekarang
Tia sudah walk away, dari Bandung ke
Makassar. Pingin aku tawarkan bukuku,
beli dong bukuku, ada hikmah untuk yang lagi merana karena cinta, tapi ngak etis
banget, orang lagi sedih, malah jualan , iya sih....promosi terselubung
, hihiihhi…. Kuputuskan aku diam saja dulu. Membiarkan semua kegundahannya menyeruak keluar sampai rongga dadanya terasa lapang untuk
kembali berpijak pada kenyataan
yang ada.
“ Nurul andai aku ngak takut hukum dan murka Allah , sudah lama tuh orang kumutilasi…” Aku tidak kaget dia mengatakannya, aku hanya
istiqfar mendengarnya. Aku mengerti , pasti semua yang mengalami kekacauan hati, berpikir sama, nafsu untuk menyakiti orang yang telah menyakiti hati. Semoga Allah masih melindungi jiwa-jiwa yang penuh amarah. Kalau aku mengalami hal yang sama dengan Tia, aku juga akan mengatakan yang sama. Kadang nasehat yang pernah kita berikan pada seseorang untuk menepis rasa sakit, sudah tidak diingat lagi. Yang ada hanya
rasa pedih dan terpuruk, entah
apa yang akan dilakukan untuk menghilangkan rasa tersebut.
Tiba-tiba
lantunan lagu someone liku you dari
Adele, membuyarkan kediaman kami bertiga. Cocok sekali
lagu Adele dengan keadaan Tia sekarang. Bergegas wanita yang berkulit putih ini melap air yang
mengalir dihidungnya dan bergegas membuka tasnya, mengambil Hp merek terkenal ” Ya..hallo, ya masih dilosari, ini juga sudah
mau balik. Ya ok. ” Klik.. Tia kembali
menaruh Hpnya didalam tas jinjing warna coklat, senada dengan sepatu casualnya yang juga merek terkenal. Tia berdiri , aku dan Nora juga berdiri, kami
bertiga tersenyum. Nampak senyum Tia belum sempurna betul karena wajahnya masih sembab oleh air mata
luka.
” Aku pamit
deluan. Sampai ketemu ya..., nanti aku telpon kamu Nurul, kita ngobrol
lagi, reunian masa-masa kuliah dulu”.
”Siplah aku
tunggu kabar kamu..”. kami berjabat tangan , cipiki, cipika, say
good by...Tia berjalan pelan menuju
tempat parkir.
”Eh....emang kamu punya no hpnya ”. Tiba – tiba Nora
menyenggol tanganku. Aku diam sejenak
mengingat-ngingat. Aku menggelengkan
kepala. Kami berdua tertawa terbahak-bahak menyadari kelalaian ini, bagaimana mau reunian, kami tidak tukaran no hp.
”sampai sekarang,
aku lupa , Tia itu teman kuliahku dulu atau teman organisasi. Aku betul-betul
sudah tua ya..., kamu sendiri merasa
tidak, Tia itu teman kita dulu”. Nora
menggelengkan kepalanya.
”jangan-jangan
Tia salah orang, mungkin kamu mirip temannya.” Nora menduga-duga.
” Aku juga
tadinya berpikir begitu, entahlah. Tapi
setidak-tidaknya kita sudah membantu meringankan beban dihatinya. Nora pulang
yuk, sudah ngantuk nih.” Akhirnya acara melepas penat berganti mendengar curhat . Namun it’s oke. Semoga Tia diringankan kegundahannya.amin.doaku dalam hati sambil mengikuti langkah nora kepalataran parkir.
Aku menatap
bintang dilangit , tak seorangpun bisa menghitung berapa jumlah bintang yang bertaburan dilangit gelap. Termasuk nikmat Allah , tidak ada seorangpun
bisa mengukur nikmat Allah. Yang ada
pada diri kita , selalu merasa ada yang kurang, ngak pas, ngak cocok dengan kehidupan yang kita jalani. Diberi pasangan
yang cantik dan cerdas, belum tentu pas
dihati. Diberi pasangan yang ganteng lagi kaya, masih juga ada yang kurang. Diberi
pasangan yang sangat pengertian,
shaleh/shaleha , rasa-rasanya perlu nambah yang baru, apalagi kalau pasangan kita
banyak minusnya, so pasti wajahnya tiap
hari mengkerut. Wallahu alam bisawwab.
QS Al-Maidah (5) : 48 : “ Sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu
dijadikan-Nya satu ummat (saja) tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepada kamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka
mengingkarinya.” (An-Nahl: 83).
"Dan ingatlah ketika Rabb kalian
memaklumkan: Sungguh, jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan tambah ni'matKu
kepada kalian, dan sungguh jika kalian kufur, sesungguhnya 'adzabKu amat
pedih!" (Ibrahiim 7).
”...Dan wanita yang baik adalah
untuk lelaki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik..."
(An-Nur 26).
".. .Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi
kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi
kalian. Allah Maha Mengetahui sedang kalian tidak mengetahui." (Al-Baqarah
216).
Kalau
sudah masuk keranah perasaan, sepertinya
aku bertambah bego. Tapi yang jelas
saya harus open mind dan move on saja. Katanya hidup ini terlalu singkat untuk
yang namanya galau, sakit hati dan sejenisnya, walau tidak bisa dihindari,
karena itu merupakan salah satu bagian dari kehidupan. Didalam Surat Al Balad diutarakan
bahwa manusia haruslah bersusah payah mencari kebahagiaan dan Allah sendiri
telah menunjukkan jalan yang membawa kepada kebaikan, dan jalan yang membawa
kepada kesengsaraan. Tuhan menggambarkan bahwa jalan yang membawa kepada
kebahagiaan itu lebih sulit menempuhnya daripada yang membawa kepada kesengsaraan :)