Arti sebenarnya kehidupan, saya juga
belum mengetahui persis, yang jelas
kehidupan ini melintasi proses panjang dan kenikmatan yang diperoleh di dunia sangat pendek. Kehidupan
ini di mulai pada saat manusia masih berada dalam kandungan sang ibu, seperti yang
tertera dalam kitab suci Al-Qur’an : Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sari tanah, kemudian
kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh dan terpelihara (rahim)
kemudian kami menjadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging kami jadikan tulang-tulang,
maka kami liputi tulang-tulang itu dengan daging, kemudian kami menjadikannya
satu bentuk yang lain. Maha suci Allah sebaik-baik pencipta ".(QS. Al
Mu'minun: 12-15).
Pada
masa dalam kandungan sang ibu, jabang bayi diberi
ekstra perhatian , mulai dari
makanannya hingga doa – doa khusus yang dipanjatkan siang dan malam.
Setelah bayi itu menghirup udara dunia, orang tua selalu berupaya memberikan
yang terbaik buat anaknya, hingga
anak tersebut dewasa dan berkeluarga. Demikianlah kehidupan manusia
berputar hingga tiba saatnya manusia menutup usia menghadap sang pencipta.
Allah
telah menciptakan manusia sebaik-baik mahluk
lain yang ada di muka bumi. Dengan
akal dan budi pekerti yang diberikan maha pencipta, manusia bisa memilih mana
yang baik dan yang buruk, mana perbuatan tercela dan
terpuji. Bahkan dengan otak yang berukuran kira-kira
325 gram, manusia bisa menciptakan sesuatu yang sangat bermanfaat
bagi mahluk lainnya.
Bisa dilihat mahluk yang kita anggap tidak
mempunyai kelebihan apapun karena tidak diberi nalar dan naluri dibanding
manusia yaitu hewan dan tumbuh-tumbuhan, tapi kedua ciptaan Allah ini memberi manfaat yang sangat
luar biasa untuk mendukung kehidupan manusia. Sapi menghasilkan susu, kambing
menghasilkan daging, dan aneka tumbuhan menghasilkan obat-obatan dan produk
kecantikan. Allah sungguh tidak sia-sia menciptakan bumi dan isinya untuk kemaslahatan ummat
manusia, sebagaimana yang tertulis dalam QS.Ali Imran (3) : 190-191 Sesungguhnya pada penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang berakal yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam
keadaan berdiri, duduk, dan (bahkan) berbaring. Mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “yaa Tuhan kami, tidaklah Kau
ciptakan ini semua sia-sia, maka peliharalah kami dari azab neraka.”
Al-Baqarah (2) : 22 : ”(Dia)
yang mengadakan bumi untukmu sebagai tikar dan langit, sebagai atap dan
dia menurunkan air hujan dari langit, lalu ditumbuhkannya dengan air itu buah-buahan
untuk rezeki bagi manusia, sebab itu
janganlah kamu adakan bagi Allah
beberapa sekutu, sedang kamu megetahuinya”.
Jika otak manusia bisa dirawat dan
diperuntukkan sebagaimana mestinya tentunya hidup ini lebih damai, tentram dan
makmur. Tapi begitulah, Allah menciptakan manusia dengan 1001 macam rasa untuk diolah sendiri dengan ilmu dan
pengalaman kemudian dicerna dengan memakai
nalar dan naluri menghasilkan perbuatan baik
dan buruk dan akan dicatat oleh sang maha mengetahui apa-apa yang diperbuat
oleh manusia dimuka bumi ini. Jika perbuatan itu baik maka mendapat pahala,
jika perbuatan manusia tercela maka mendapat ganjaran dosa.
Hidup ini rada gampang-gampang sulit untuk
dilalui. Seiring perkembangan zaman dan berbagai teknologi yang mengiring hidup
manusia, maka masalahpun ikut bervariasi dan membuat kepala jadi mumet. Namun
satu yang pasti, Allah menguji seseorang
sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisiknya. Allah tidak akan menguji mahluknya
tanpa tujuan, semua ada hikmahnya, tinggal bagaimana kita sebagai mahluk
yang lemah ini membaca dan menelaah kejadian – kejadian yang dialami, sebagaimana yang tertulis dalam QS Al-Baqarah: 284 : “ Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. Subhanallah, Allah Maha tahu segala kemampuan mahluknya.
Selain itu janganlah diantara kita hanya
mementingkan urusan duniawi saja. Bukankah kita hidup didunia hanya
untuk beribadah Dalam hal ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa
tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya
(QS. Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS. Al-Bayyinah ayat 5), pengertian beribadah
secara umum adalah mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah.
Memang
setiap manusia tidak luput dari berbagai permasalahan, boleh jadi dalam
menghadapi permasalahan tersebut, merupakan bentuk ibadah, misal dengan masalah
tersebut menjadi lebih banyak mengingat Allah, ibadah kita menjadi lebih baik
dan khusu’. Manusia hidup dari taqdir ke taqdir, dalam menikmati / mengalami
takdir Allah (rasa tidak enak, kecewa dan sakit hati) boleh cari teman
untuk berbagi, yang bisa memberi jalan keluar dari masalah tersebut. Tapi
pilihlah teman yang betul – betul care
dengan persoalan yang dihadapi. Jangan berbagi cerita dengan
teman yang bisa memperburuk dan
semakin memperuncing persoalan. Kemudian kembalilah kepada Maha Pencipta . Berserah
diri kepada – Nya , berjalanlah dengan
tenang, banyak senyum. Yakinlah hari-hari dilalui akan semakin indah.
Allah membenci dan memberi peringatan bagi
ummatnya yang selalu merasa dirinya terpuruk, merasa dirinyalah paling malang
didunia ini. Selalu ada rasa nelangsa setiap kali hatinya diabaikan oleh
seseorang, apalagi itu orang yang paling dekat dengan dirinya. Boleh menangis, mengeluh, karena itu
semua adalah manusiawi. Namun secepatnya serahkanlah semua permasalahan dunia,
gunda gulana hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan bukan pada yang
lain, sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an
: Al-imran (3) : 160 : “jika Allah
menolong kamu, maka tak ada yang dapat mengalahkan kamu, jika Allah membiarkan
kamu, maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu sesudahnya? Karena itu
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”.
Wallahu alam bissawab.