Minggu, 30 September 2012

Kehidupan Manusia


Arti  sebenarnya kehidupan, saya juga belum mengetahui  persis, yang jelas kehidupan ini melintasi  proses  panjang dan kenikmatan yang  diperoleh di dunia sangat pendek. Kehidupan ini  di mulai pada saat manusia masih  berada dalam kandungan sang ibu, seperti yang tertera dalam kitab suci Al-Qur’an : Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sari tanah, kemudian kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh dan terpelihara (rahim) kemudian kami menjadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging kami jadikan tulang-tulang, maka kami liputi tulang-tulang itu dengan daging, kemudian kami menjadikannya satu bentuk yang lain. Maha suci Allah sebaik-baik pencipta ".(QS. Al Mu'minun: 12-15).
Pada masa  dalam  kandungan sang ibu, jabang  bayi diberi  ekstra perhatian , mulai dari  makanannya hingga doa – doa khusus yang dipanjatkan siang dan malam. Setelah bayi itu menghirup udara dunia, orang tua selalu berupaya memberikan yang terbaik  buat anaknya,  hingga  anak tersebut dewasa dan berkeluarga. Demikianlah kehidupan manusia berputar hingga tiba saatnya manusia menutup usia menghadap sang pencipta.
Allah telah menciptakan manusia sebaik-baik  mahluk lain yang ada di muka bumi. Dengan akal dan budi pekerti yang diberikan maha pencipta, manusia bisa memilih mana yang baik  dan  yang buruk, mana perbuatan tercela dan terpuji. Bahkan dengan otak yang berukuran kira-kira 325 gram,  manusia  bisa menciptakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi mahluk lainnya.
Bisa dilihat mahluk yang kita anggap tidak mempunyai kelebihan apapun karena tidak diberi nalar dan naluri dibanding manusia yaitu hewan dan tumbuh-tumbuhan, tapi kedua  ciptaan Allah ini memberi manfaat yang sangat luar biasa untuk mendukung kehidupan manusia. Sapi menghasilkan susu, kambing menghasilkan daging, dan aneka tumbuhan menghasilkan obat-obatan dan produk kecantikan. Allah sungguh tidak sia-sia menciptakan  bumi dan isinya untuk kemaslahatan ummat manusia, sebagaimana yang tertulis dalam QS.Ali Imran (3) : 190-191 Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berakal yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan (bahkan) berbaring. Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “yaa Tuhan kami, tidaklah Kau ciptakan ini semua sia-sia, maka peliharalah kami dari azab neraka.”

 Al-Baqarah (2) : 22  : ”(Dia)  yang mengadakan bumi untukmu sebagai tikar dan langit, sebagai atap dan dia menurunkan air hujan  dari langit, lalu  ditumbuhkannya dengan air itu buah-buahan untuk rezeki bagi manusia, sebab itu janganlah kamu adakan  bagi Allah beberapa sekutu, sedang kamu megetahuinya”.
Jika otak manusia bisa dirawat dan diperuntukkan sebagaimana mestinya tentunya hidup ini lebih damai, tentram dan makmur. Tapi begitulah, Allah menciptakan manusia dengan 1001 macam  rasa untuk diolah sendiri dengan ilmu dan pengalaman  kemudian dicerna dengan memakai nalar dan  naluri menghasilkan perbuatan baik dan buruk dan akan dicatat oleh sang maha mengetahui apa-apa yang diperbuat oleh manusia dimuka bumi ini. Jika perbuatan itu baik maka mendapat pahala, jika perbuatan manusia tercela maka mendapat ganjaran dosa.
Hidup ini rada gampang-gampang sulit untuk dilalui. Seiring perkembangan zaman dan berbagai teknologi yang mengiring hidup manusia, maka masalahpun ikut bervariasi dan membuat kepala jadi mumet. Namun satu yang pasti, Allah  menguji seseorang sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisiknya. Allah tidak akan  menguji  mahluknya  tanpa tujuan, semua ada hikmahnya, tinggal bagaimana kita sebagai mahluk yang lemah ini membaca dan menelaah kejadian – kejadian yang dialami, sebagaimana  yang tertulis dalam QS  Al-Baqarah: 284 : “ Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya  dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. Subhanallah,  Allah Maha tahu segala kemampuan mahluknya.
Selain itu janganlah diantara kita hanya mementingkan urusan duniawi saja. Bukankah kita hidup didunia hanya untuk beribadah Dalam hal ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS. Al-Bayyinah ayat 5), pengertian beribadah secara umum adalah mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah.
Memang setiap manusia tidak luput dari berbagai permasalahan, boleh jadi dalam menghadapi permasalahan tersebut, merupakan bentuk ibadah, misal dengan masalah tersebut menjadi lebih banyak mengingat Allah, ibadah kita menjadi lebih baik dan khusu’. Manusia hidup dari taqdir ke taqdir, dalam menikmati / mengalami takdir Allah (rasa tidak enak, kecewa dan sakit hati) boleh  cari teman untuk berbagi, yang bisa memberi jalan keluar dari masalah tersebut. Tapi pilihlah teman yang  betul – betul care dengan persoalan  yang  dihadapi. Jangan berbagi  cerita dengan  teman yang  bisa memperburuk dan semakin memperuncing persoalan. Kemudian kembalilah kepada Maha Pencipta . Berserah diri kepada – Nya ,  berjalanlah dengan tenang, banyak senyum. Yakinlah hari-hari dilalui akan semakin indah. 
Allah membenci dan memberi peringatan bagi ummatnya yang selalu merasa dirinya terpuruk, merasa dirinyalah paling malang didunia ini. Selalu ada rasa nelangsa setiap kali hatinya diabaikan oleh seseorang, apalagi itu orang yang paling dekat dengan dirinya. Boleh menangis, mengeluh, karena itu semua adalah manusiawi. Namun secepatnya serahkanlah semua permasalahan dunia, gunda gulana hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan bukan pada yang lain, sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an  : Al-imran (3) : 160 : “jika Allah menolong kamu, maka tak ada yang dapat mengalahkan kamu, jika Allah membiarkan kamu, maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu sesudahnya? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”.
Wallahu alam bissawab.

Sabtu, 29 September 2012

Kebesaran Alloh


 Dan katakanlah, "Segala puji bagi Alloh, dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Naml: 93)
Kulirik jam digital di telepon genggamku, “hmm….masih ada sejam lagi pesawat yang akan menerbangkanku kekampung halaman akan tinggal landas. Ada waktu untuk duduk santai dan menyelesaikan bacaanku, untuk sesaat kulepaskan pandanganku diruang tunggu yang dindingnya sebagian besar disekat memakai kaca, mencari tempat duduk kosong. Akhirnya aku memilih tempat duduk menghadap langsung ketempat kedatangan pesawat , jadi dengan leluasa aku bisa melihat pesawat yang datang dan aktifitas penumpang yang tunggu giliran diterbangkan.
Beberapa saat aku memperhatikan penumpang disekitar ruang tunggu gate 6 Bandara Soekarno Hatta Cangkareng, ada yang mondar mandir, ada yang bercengkerama, ada yang asyik ngemil, ada yang sibuk otak-atik  HP, Ipad, ada yang tiduran dikursi sambil tangannya memegang tasbih (sepertinya berzikir). Ops..!  Aku ingat teman saya yang mengirimiku sms dakwah : “Tiada sesuatu yang disesali oleh penghuni surga kecuali satu jam yang mereka lewatkan (didunia) tanpa mereka gunakan untuk berdzikir kepada  Alloh azza wajallah (HR. Ad. Dailami).”
Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam bersabda : “Hitunglah (dzikir) dengan ruas-ruas jari karena sesungguhnya (ruas-ruas jari) itu akan ditanya dan akan dijadikan dapat berbicara (pada hari kiamat) (HR.Abu Dawud no.1345). Kangen juga aku dengannya, seminggu dikotanya tapi belum sempat ketemu. Aku tersenyum tipis mengingat kiriman smsnya. Sejurus kemudian aku lanjutkan bacaanku.
            Seperti direncanakan,  pesawat Lion Air tinggal landas dari Bandara Soekarno Hatta. Tadi sebelum kumatikan telepon genggamku, jam menunjukkan pukul 17.30 wib, dan lamanya perjalanan Jakarta - Makassar sekitar dua jam, tapi karena beda sejam, menjadi tiga jam. Itu berarti sampe dibandara Hasanuddin sekitar jam 20.00 wita dan itu berarti lagi, sampai dirumah sekitar jam 10 malam. Karena harus urus bagasi dulu dan lamanya perjalanan kerumah.
Sebetulnya aku ngantuk, tapi tidak bisa nyenyak. Mata terpejam pikiran kesana kemari. Kebiasaan deh kalau naik pesawat begini, padahal dalam sebulan terakhir ini sudah enam kali naik pesawat, tapi selalu saja terselip rasa was-was dan membayangkan yang aneh-aneh, hehehehe ingat dosa.   
            Akhirnya aku beranikan diri menatap pemandangan disampingku lewat jendela pesawat yang berbentuk  bulat lonjong, sebetulnya kegiatan yang jarang kulakukan ketika naik pesawat, aku takut, takut menyadari aku berada diketinggian. Tapi kali ini, karena bosan mau ngapain, tergerak hatiku menoleh kekiri. Untuk beberapa saat aku terdiam, menikmati pesona malam diatas langit. Pesawatku berada diketinggian 3500 kaki dari permukaan laut. Nampak  dibawah pesawat yang kutumpangi  bintang-bintang  berjejer  berwarna orange. Berhamburan di permadi langit gelap. Sejurus kemudian nampak bintang-bintang berbentuk rasi (aku lupa namanya) cantik, menawan, terpampang jelas dimataku. Tadinya aku hanya bisa lihat dibuku pelajaranku ketika sekolah dulu. Tapi apakah ini bintang-bintang  yang  hanya kelihatan diwaktu malam, atau ini hanya hayalanku saja. Dan apakah benar  bintang itu berada diketinggian 3500 kaki dari bumi. Duh…entahlah, soalnya nilai IPA ku dulu jebol. Tapi lebih dari itu , Alloh telah memperlihatkan kekuasaannya atas semua ciptaannya dimuka bumi ini.
Alloh Memilih manusia untuk berpikir, bahwa manusia bisa juga terbang seperti burung, menembus awan, melayang diudara. Kapal bisa berlayar dilautan,  hingga manusia bisa mencapai bulan. Ini semua adalah untuk membuktikan kebesaran, kekuasaan dan kehebatan Alloh atas semua mahluk ciptaannya dimuka bumi ini.
Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi kaum yang memahami (nya). (QS.An.Nahl :12)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan……...” (QS. Fushilat : 37).
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang berakal yaitu orang-orang yang mengingat Alloh dalam keadaan berdiri, duduk, dan (bahkan) berbaring. Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “yaa Tuhan kami, tidaklah Kau ciptakan ini semua sia-sia, maka peliharalah kami dari azab neraka.” QS.Ali Imran (3) : 190-191.
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" [QS. Al- Fushshilat : 53].

Kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat tanda-tanda kebesaran Alloh. Sehingga  kita semakin mengenal Sang pencipta , dan merenungi untuk apa kita ada didunia, sehingga dengan demikian kita  menjadi orang yang beruntung dunia dan akhirat. Aamiin. Wallahu’alam Bissawab.

Jumat, 28 September 2012

Tingkatan - Tingkatan Hidayah



Hidayah ini mempunyai tiga tingkatan :
Pertama , mengetahui jalan kebaikan dan keburukan, yang diisyaratkan oleh firman Allah Ta’ala yang artinya; “ Dan kami telah menunjukkan dua jalan baginya.” ( QS : Albalad : 10)
Nikmat itu telah telah dianugerahkan oleh Allah kepada seluruh hamba-hamba-Nya,sebagian dengan perantaraan akal dan sebagian lagi dengan perantaraan sabda para Rasul alaihimussalam. Karena itu, Allah Ta’ala berfirman, yang artinya : “ Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah kami beri petunjuk….” (QS. Fushsilat (41) : 17).
Sarana-sarana untuk mendapatkan petunjuk adalah kitab-kitab, rasul-rasul dan ketajaman pandangan akal, dan semua saran ini telah diberikan kepada manusia, tidak ada yang bias mengingkarinya kecuali kedengkian, kesombongan, kecintaan kepada dunia serta faktor-faktor lain yang membutuhkan hati, sekalipun tidak membutuhkan mata. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “ …..Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada didalam dada.” (QS. Alhajj (22) : 46).
Diantara faktor-faktor yang membutakan hati adalah tradisi dan adat istiadat serta kecintaan untuk menghidup-hidupkannya, itulah yang diungkapkan dalam firman, yang artinya : “ Sesungguhnya kami  mendapati bapak-bapak  kami menganut suatu agama.” (QS. Azzukhruf (43) : 22).
Sedangkan firman Allah berikut ini menyatakan tentang faktor kesombongan dan kedengkian : “ Mereka : mengapa Al-qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu diantara dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?” (QS. Azzukhruf (43) : 31).
“ Bagaimana   kami akan mengetahui begitu saja kepada seorang (manusia) biasa diantara kami.” (QS. Alqamar (54) :24).
Inilah faktor - faktor yang membutakan, yang menghalangi seseorang  dari mendapatkan petunjuk.
Kedua : hidayah yang berada dibelakang hidayah yang bersifat umum ini ia adalah pertolongan yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya dari suatu keadaan yang lain. Ia merupakan buah (hasil) dari mujahadah (oleh batin). Allah Ta’ala berfirman, yang artinya : “Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami .” (QS.Al Ankabut (29) :69).
Itulah yang dimaksud dalam firman Allah Ta’ala, yang artinya : Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya. (QS. Muhammad (47) :17).
Ketiga : adalah hidayah yang berada dibelakang hidayah yang kedua, yaitu cahaya (nur) yang menerangi alam kenabian dan kewalian setelah sempurna mujahadah , sehingga dengan cahaya ini akal bisa  meraih petunjuk mengenai sesuatu yang tidak bisa dicapainya dengan akal yang menjadi sebab adanya taklif dan memungkinkan untuk mempelajari ilmu-ilmu, inilah hidayah mutlak. Sedangkan yang lain dari padanya hanyalah ibarat tabir yang menutupinya atau pengantar-pengantar yang menyampaikan kepadanya. Inilah hidayah yang dimuliakan oleh Allah dengan penisbatan khusus kepada-Nya, sekalipun semuanya juga berasal dari-Nya. Allah berfirman : yang artinya :” Katakanlah   :Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar.” (QS.Al Baqarah (2):120).
Inilah pula yang disebut sebagai kehidupan dalam firman Allah yang berbunyi, yang artinya : “ Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia…… .” (QS.Al An’am (6) : 122).
Dan itu pula yag dimaksudkan dalam firman Allah yang artinya: Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Azzumar (39) : 22).
Adapun yang kami maksudkan dengn rusyd adalah bimbingan Ilahi yang akan membantu manusia dalam mengendalikan keinginannya kepada tujuan-tujuannya, yang mendorong keinginannya itu ketika menuju tujuan yang membawa kemaslahatan bagi dirinya dan melemahkannya dari tujuan yang membawa kerusakan bagi dirinya. Dan faktor yang menguatkan dan melemahkannya itu berasal dari bathin, sebagaimana  firman Allah Ta’ala yang artinya : “ Dan sesungguhnya telah kami anugerahkan rusyd kepada Ibrahim sebelum itu (Musa dan Harun) , dan adalah kami mengetahui (keadaan)nya.” (QS. Al Anbiya (21) :51).
Jadi rusyd adalah istilah untuk suatu petunjuk yang memotivasi dan menggerakkan menuju arah kebahagiaan. Seorang anak kecil, apabila telah mengetahui cara menjaga harta kekayaan serta jalur-jalur perdagangan serta investasi, namun ia masih suka menghambur-hamburkan harta dan tidak menginvestasikanya, maka ia tidaklah disebut rasyid. Bukan karena ia belum mendapatkan hidayah, tetapi hidayah yang dimilikinya itu belum bisa menggerakkan motivasinya. Betapa banyak manusia yang melakukan sesuatu yang telah diketahuinya bahwa hal itu membahayaka dirinya. Ia tidak dikaruniai hidayah yang membedakan dirinya dari orang bodoh yang tidak mengetahui bahwa hal itu membahayakan dirinya, namun ia belum dikarunia rusyd. Dengan pengertian seperti ini, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa rusyd itu lebih sempurna dari sekedar  hidayah  yang menunjukkan kepada segi-segi amal dan merupakan karunia yang agung.
Adapun tasdid adalah pengarahan yang akan mengarahkan gerakan-gerakan seseorang untuk sampai dan mendapatkan kemudahan dalam mencapai keinginannya, sehingga ia bisa mencapai titik yang benar dalam waktu yang paling singkat. Karena dengan hidayah semata tidaklah cukup, tetapi harus ada hidayah lain yang menggerakkan motivasi, yaitu rusyd. Sedangkan rusyd juga belum mencukupi, tetapi harus ada kemudahan bergerak dengan bantuan aggota-anggota tubuh dan peralatan, sehingga maksud yang ingin dicapai itu terwujud. Hidayah saja berarti pengenalan, rusyd adalah pembangkitan motivasi agar tergugah dan tergerak, sedangkan tasdid adalah bantuan dan pertolongan dengan digerakkannya anggota-anggota tubuh menuju titik tujuan yang benar.
Adapun ta’yid, tampaknya mencakup ketiganya. Ia adalah istilah untuk menyebut factor yang menguatkan urusannya dengan bashira (pandangan bathin) dari dalam dirinya, pemacu kekuatan geraknya, dan membantu sebab-sebab yang berasal dari luar. Inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Ta’ala yang artinya : “ Di waktu Aku memberikan ta’yid (pertolongan) kepadamu dengan Ruh Alqudus.” (QS.Almaidah (5) :110).
Sesuatu yang mirip pengertianya dengan ta’yid adalah ishamah yaitu suatu istilah untuk menyebut ‘ wujud ilahi’ yang ada di dalam  bathinya ini menjadi pertahan yang tidak dapat diindera. Inilah yang dimaksudkan dalam firman Allah Ta’ala yang artinya : “ Sesungguhnya wanita itu telah berkeinginan (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun berkeinginan (melakukannya) dengan wanita itu, andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. (QS. Yusuf (12) :24).
Ishmah inilah yang menghimpun seluruh nikmat, dan ia tidak akan dimiliki oleh seseorang kecuali dengan pemahaman yang jernih dan cerdas; hati yang sadar; rendah hati dan penuh pengertian; guru yang tulus memberi nasehat; harta yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehingga dengan kecukupan itu ia tidak  lagi disibukkan oleh hal-hal yang akan melalaikannya dari agama; dan kewibaan yang akan menjaganya dari gangguan orang-orang bodoh dan kezaliman musuh. Masing-masing dari setiap sebab ini memerlukan enam belas sebab lainnya, kemudian setiap sebab itu memerlukan pula sebab-sebab lainnya, sehingga berakhir diakhirat, kepada Yang memberi petunjuk  kepada orang-orang yang kebingungan dan tempat bersandar orang-orang yang membutuhkan, yaitu Tuhan dari segala tuhan dan Penyebab dari segala sebab.
“ Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya tidak dapat kamu menghinggakanya.” (QS.Ibrahim (14) : 34)
Sumber : Imam Al Ghazali. Penerbit Karya Utama Surabaya dalam buku Mengungkap Rahasia Hakikat Sabar dan Syukur.