Jumat, 08 Juni 2012

Berpikir positif itu jalan

Se-bab dari buku A.N.Ubaedy dalam buku kedahsyatan berpikir positif  (Human Learning Specialist):

 Menurut Abraham Maslow, yang terpenting untuk diingat manusia adalah membedakan antara jalan jalan dan tujuan dalam praktek hidup. Dalam teori , pasti semua orang sudah tahu apa itu perbedaan antara jalan dan tujuan, tetapi  dalam praktek , jawabannya belum tentu.
Andaikan semua orang  sudah mengerti  perbedaan  antara jalan dan tujuan  dalam praktek, tentulah ilmu manajemen tidak sampai berpetuah : jangan menjadikan  aktivitas sebagai tujuan. Aktivitas adalah jalan, cara atau sarana, sedangkan tujuan adalah sasaran yang hendak  kita wujudkan denga cara yang kita terapkan . Aktivitas bukanlah tujuan dan tujuan bukanlah aktivitas, dan karena  itu perlu dibedakan. Sekali-kali  kita perlu bertanya apakah berpikir positif itu jalan  atau tujuan?  Kalau sebagai jalan berarti  setelah kita berpikir positif mash ada proses  positif  yang perlu kita jalani. Tapi kalau sebagai tujuan  berarti kita cukup  hanya sampai pada tahap  menciptakan  pikiran positif dan selesai. 
Memilih  sebagai jalan atau tujuan , sebenarnya adalah hak kita. Tidak ada orang yang akan melaporkan kita ke polisi dengan memilih salah satunya.  Tetapi kalau kita berbicara manfaat  yang sedikit  dan manfaat yang banyak , maka berpikir positif itu adalah jalan yang kita bangun untuk mencapai  tujuan yang kita inginkan . logikanya, jika jalan yang  kita pilih itu positif, maka perjalanan kita menuju keterminal  tujuan  juga positifnya  atau terhindar  dari hambatan-hambatan  negatif  akibat   dari kekeliruan  kita dalam memilih jalan.
Hal ini agak berbeda dengan ketika kita memilihnya sebagai tujuan . Dibilang baik memang sudah baik dan bilang untung memang sudah untung. Untung yang paling riil adalah mendapatkan suasana batin yang positif atau terhindar dari hal-hal buruk  yang diakibatkan oleh pikiran negatif. Hanya saja, jika ini dikaitkan dengan persoalan mengaktualkan  potensi atau meraih prestasi yang lebih tinggi, tentulah masih belum  final .
Mengapa? Perlu disadari bahwa suasana batin yang sepositif apapun tidak bisa mengaktualisasikan potensi sedikitpun meskipun kalau suasana batin kita keruh akibat pikiran negatif, maka usaha kita untuk mengaktualisasikan potensi itu dipastikan terhambat. Jangankan potensi, sampahpun, menurut Tom Peters, tidak bisa dibuang  oleh pemikiran  yang jenius atau oleh strategi yang  jitu.
Bahkan menurut Charles A. O’Reilly, professor dari Stanford Graduate School Of Business, dunia ini tidak peduli dengan apa yang kita tahu kecuali apa yang kita lakukan. Puncak dari kehidupan ini adalah tindakan, bukan pengetahuan.  Mahatma Gandhi menyimpulkan bahwa  ukuran  penilaian manusia yang paling akhir adalah aksi, titik. Ini sudah klop dengan penjelasan Tuhan bahwa kita khayalkan (fantasi) melainkan dari  apa yang kita usahakan.
Pendeknya, berpikir positif itu adalah jalan untuk mencapai tujuan. Jika jalan itu digunakan, maka  akan mengantarkan kita pada tujuan secara lebih efektif dan efesien. Tapi jika jalan itu kita biarkan (berpikir positif untuk hanya berpikir positif)  ya hasilnya tidak nyata.     
Jujur perlu kita akui, meski secara teori sudah  banyak  yang tahu tentang berpikir positif, tapi dalam prakteknya, masih belum banyak yang bisa  membedakan  apakah pikiran positifnya itu dipahami sebagai jalan atau tujuan. Kalau kita berpikir positif tentang  kegagalan, tentu ini baik. Tapi jika kita hanya berhenti pada pikiran positif, ya manfaatnya tidak seberapa. Kalau kita berpikir positif bahwa dibalik musibah itu ada hikmahnya, itu baik. Tapi jika hanya berhenti pada  pemahaman itu. Tentu manfaatnya  tidak seberapa.
Ciri khas yang paling menonjol dari orang yang memahami proses berpikir positif itu sebagai jalan adalah adaya lagkah hidup yang dinamis. Seperti  apa langkah hidup  yang dinamis itu? Langkah hidup yang dinamis adalah ketika kita tetap berusaha atau berjuang merealisasikan tujuan-tujuan positif atau target-target positif secara berkelanjutan  (berproses). Sehingga ini menghasilkan sebuah pencapaian hidup yag digambarkan dalam sebuah kalimat dibawah ini :
Hari ini lebih baik dari hari kemarin
Dan hari esok lebih baik dari hari ini
Semua penguasa, semua profesional , semua karyawan atau semua pelajar yang berprestasi tinggi punya langkah hidup  yang dinamis. Mereka memang terkadang  menemui jalan buntu, mengalami kegagalan , menghadapi kesulitan dan lain-lain, tetapi  mereka  tetap  berupaya untuk  terus mencapai tujuan – tujuan positifnya secara berproses.
Ciri – ciri umum orang yang memahami proses berpikir  positif sebagai jalan :
1.       Bahagia dengan dirinya / bisa menciptakan kebahagian didalaam dirinya
2.       Punya kesimpulan positif terhadaap dirinya
3.       Punya kepercayaan yang bagus terhadap kemampuannya
4.       Bisa  menjalin hubungan positif dengan orang  lain
5.       Bisa menjalin hubungan yang hormonis dengan kenyataan, baik yang  ok ataupun yang tidak ok
6.       Langkahnya dinamis
7.       Prestasi hidupnya terus bertambah membaik.
Meminjam istilahnya Fox (1995) langkah mereka dinamis karena mereka adalah orang yang tangguh (resilience), ciri-ciri umumnya antara lain :
1.       Mereka memilih keputusan untuk melangkah maju. Mereka memghindari keputusan untuk berhenti atau mundur (stepping  forward)
2.       Mereka punya kemampuan dalam menyerap  pelajaran positifnya dibalik kekacauan (learning from chaos)
3.       Mereka punya kemampuan dalam menyeleksi materi yang ditekuninya (selective learner)
4.       Mereka berpikir dalam konteks peluang, kemampuan, kemungkinan dan menjauhi pikiran-pikiran tentang keterbatasan, kekurangan atau ketidakmampuan (oppurtunity and possibility approach)
5.       Mereka punya dorongan untuk menghasilkan perbedaan yang unik  (creative people).
6.       Mereka memunculkan banyak alternatif dan opsi untuk bisa sampai pada sasaran yang dituju (explorer  poeople)
7.       Mereka punya keyakinan yang kuat bahwa dirinya mampu untuk  mewujudkan apa yang diinginkan (the “I can mental attitude)
Rutter (1987) mendefinisikan  “resilience” ini sebagai sebuah kutub positif  dari perbedaan individu dalam meresponi stres atau penderitaan. Ini berarti bahwa menjadi orang yang resilient atau tidak, itu murni pilihan kita., bukan bawaan. Siapapun kita dan apapun latar belakang kita, sama-sama punya kesempatan yang sama untuk menjadi orang yang resilient asalkan mau belajar.
                Salah satu proses pembelajaran yang paling penting disini adalah menjadikan pikiran positif sebagai jalan untuk kita gunakan dalam berjalan menuju apa yang kita inginkan. Ini persis  seperti apa yang disarankan ajaran agama.  Ajaran agama menganjurkan agar kita ini menjalani hidup seperti musafir, bukan seperti orang  yang mendiami terminal.
Maksudnya, kita diperintahkan untuk terus melakukan upaya-upaya  pencapaian prestasi atau keadaan yang lebih bagus dari hari kehari, terlepas apapun keadaan  kita hari ini.  Musafir selalu melakukan perjalanan. Musafir selalu punya harapan yang lebih bagus. Musafir  selalu melakukan perjalanan.  Musafir  selalu punya harapan yang lebih bagus. Musafir selalu mencari peta yang lebih mudah dilalui. Musafir  tidak pernah berhenti pada satu tempat atau terminal untuk selama-lamanya.  
Menurut kajian dibidang  psikologi karir (career  psychology) menjalankan gaya hidup seperti musafir  ini  ternyata punya dampak  yang sangat positif bagi kejiwaan  seorang karyawan. Orang-orag yang  bathinnya  dinamis, ternyata  punya kemampuan  yang  jauh lebih bagus dalam mencintai  profesinya atau pekerjaannya. Sebaliknya orang-orang  yang bathinnya mandek  (mendiami terminal) , mereka selalu  ingin pindah profesi atau pekerjaan dengan alasan yang tidak jelas.
Didalam proses pembelajaran bagaimana berpikir positif ada namanya street  smart  membuka diri. Kita sudah bisa menangkap maksudnya bahwa dengan kecerdasan  yang kita miliki berdasarkan  proses hidup  yang kita jalani. Kecerdasan dini adalah kemampuan merealisasikan  tujuan dan kemampuan  mengatasi masalah  yang menghambat realisasi.  Menurut  Prof. Sternberg, ukuran kecerdasan seseorang itu  bukanlah  tes akademik, melainkan praktek hidup.
Ada gambaran  konkrit soal street  smart  ini dari pak Bob Sadino, saat menceritakan  rahasia kesuksesan usahanya , cukup satu langkah awal. Ada kerikil saya singkirkan, melangkah lagi.  Bertemu duri saya sibakkan, melangkah lagi. Terhalang lobang saya lompati, melangkah lagi. Bertemu api saya mundur, melangkah lagi. Berjalan  terus dan menghadapi  masalah.
Jadi , kita perlu memahami konsep berpikir positif ini sebagai  jalan untuk kita gunakan , bukan sebagai tujuan. Alasannya, dengan menjadikannya sebagai  jalan, berarti akan mendinamiskan langkah kita. Langkah yang dinamis ini akan menhgasilkan output positif secara batin dan secara lahir (hasil fisik dan non fisik) .
“ Belajarlah menjadi orang yang bahagia dengan
Apa yang anda miliki, sementara anda tetap berusaha
Untuk mendapatkan apa yang masih belum anda capai.”
(Jim Rohn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tambah