Menurut Abraham Maslow, yang terpenting untuk diingat manusia adalah membedakan antara jalan jalan dan tujuan dalam praktek hidup. Dalam teori , pasti semua orang sudah tahu apa itu perbedaan antara jalan dan tujuan, tetapi dalam praktek , jawabannya belum tentu.
Andaikan semua orang sudah mengerti perbedaan
antara jalan dan tujuan dalam
praktek, tentulah ilmu manajemen tidak sampai berpetuah : jangan menjadikan aktivitas sebagai tujuan. Aktivitas adalah
jalan, cara atau sarana, sedangkan tujuan adalah sasaran yang hendak kita wujudkan denga cara yang kita terapkan .
Aktivitas bukanlah tujuan dan tujuan bukanlah aktivitas, dan karena itu perlu dibedakan. Sekali-kali kita perlu bertanya apakah berpikir positif
itu jalan atau tujuan? Kalau sebagai jalan berarti setelah kita berpikir positif mash ada
proses positif yang perlu kita jalani. Tapi kalau sebagai
tujuan berarti kita cukup hanya sampai pada tahap menciptakan
pikiran positif dan selesai.
Memilih
sebagai jalan atau tujuan , sebenarnya adalah hak kita. Tidak ada orang
yang akan melaporkan kita ke polisi dengan memilih salah satunya. Tetapi kalau kita berbicara manfaat yang sedikit
dan manfaat yang banyak , maka berpikir positif itu adalah jalan yang kita
bangun untuk mencapai tujuan yang kita
inginkan . logikanya, jika jalan yang
kita pilih itu positif, maka perjalanan kita menuju keterminal tujuan
juga positifnya atau
terhindar dari hambatan-hambatan negatif
akibat dari kekeliruan kita dalam memilih jalan.
Hal ini agak berbeda dengan ketika kita
memilihnya sebagai tujuan . Dibilang baik memang sudah baik dan bilang untung
memang sudah untung. Untung yang paling riil adalah mendapatkan suasana batin
yang positif atau terhindar dari hal-hal buruk
yang diakibatkan oleh pikiran negatif. Hanya saja, jika ini dikaitkan
dengan persoalan mengaktualkan potensi
atau meraih prestasi yang lebih tinggi, tentulah masih belum final .
Mengapa? Perlu disadari bahwa suasana batin
yang sepositif apapun tidak bisa mengaktualisasikan potensi sedikitpun meskipun
kalau suasana batin kita keruh akibat pikiran negatif, maka usaha kita untuk
mengaktualisasikan potensi itu dipastikan terhambat. Jangankan potensi,
sampahpun, menurut Tom Peters, tidak bisa dibuang oleh pemikiran yang jenius atau oleh strategi yang jitu.
Bahkan menurut Charles A. O’Reilly,
professor dari Stanford Graduate School Of Business, dunia ini tidak peduli
dengan apa yang kita tahu kecuali apa yang kita lakukan. Puncak dari kehidupan
ini adalah tindakan, bukan pengetahuan.
Mahatma Gandhi menyimpulkan bahwa
ukuran penilaian manusia yang
paling akhir adalah aksi, titik. Ini sudah klop dengan penjelasan Tuhan bahwa
kita khayalkan (fantasi) melainkan dari
apa yang kita usahakan.
Pendeknya, berpikir positif itu adalah jalan
untuk mencapai tujuan. Jika jalan itu digunakan, maka akan mengantarkan kita pada tujuan secara
lebih efektif dan efesien. Tapi jika jalan itu kita biarkan (berpikir positif
untuk hanya berpikir positif) ya
hasilnya tidak nyata.
Jujur perlu kita akui, meski secara teori
sudah banyak yang tahu tentang berpikir positif, tapi
dalam prakteknya, masih belum banyak yang bisa
membedakan apakah pikiran
positifnya itu dipahami sebagai jalan atau tujuan. Kalau kita berpikir positif
tentang kegagalan, tentu ini baik. Tapi
jika kita hanya berhenti pada pikiran positif, ya manfaatnya tidak seberapa.
Kalau kita berpikir positif bahwa dibalik musibah itu ada hikmahnya, itu baik.
Tapi jika hanya berhenti pada pemahaman
itu. Tentu manfaatnya tidak seberapa.
Ciri khas yang paling menonjol dari orang
yang memahami proses berpikir positif itu sebagai jalan adalah adaya lagkah
hidup yang dinamis. Seperti apa langkah
hidup yang dinamis itu? Langkah hidup
yang dinamis adalah ketika kita tetap berusaha atau berjuang merealisasikan
tujuan-tujuan positif atau target-target positif secara berkelanjutan (berproses). Sehingga ini menghasilkan sebuah
pencapaian hidup yag digambarkan dalam sebuah kalimat dibawah ini :
Hari ini lebih baik dari hari kemarin
Dan hari esok lebih baik dari hari ini
Semua penguasa, semua profesional , semua
karyawan atau semua pelajar yang berprestasi tinggi punya langkah hidup yang dinamis. Mereka memang terkadang menemui jalan buntu, mengalami kegagalan ,
menghadapi kesulitan dan lain-lain, tetapi
mereka tetap berupaya untuk terus mencapai tujuan – tujuan positifnya
secara berproses.
Ciri – ciri umum orang yang memahami proses berpikir positif sebagai jalan :
1. Bahagia
dengan dirinya / bisa menciptakan kebahagian didalaam dirinya
2.
Punya kesimpulan positif terhadaap dirinya
3.
Punya kepercayaan yang bagus terhadap
kemampuannya
4.
Bisa
menjalin hubungan positif dengan orang
lain
5.
Bisa menjalin hubungan yang hormonis dengan
kenyataan, baik yang ok ataupun yang
tidak ok
6.
Langkahnya dinamis
7. Prestasi
hidupnya terus bertambah membaik.
Meminjam istilahnya Fox (1995) langkah mereka dinamis karena
mereka adalah orang yang tangguh (resilience), ciri-ciri umumnya antara lain :
1. Mereka
memilih keputusan untuk melangkah maju. Mereka memghindari keputusan untuk
berhenti atau mundur (stepping forward)
2.
Mereka punya kemampuan dalam menyerap pelajaran positifnya dibalik kekacauan
(learning from chaos)
3.
Mereka punya kemampuan dalam menyeleksi materi
yang ditekuninya (selective learner)
4.
Mereka berpikir dalam konteks peluang,
kemampuan, kemungkinan dan menjauhi pikiran-pikiran tentang keterbatasan,
kekurangan atau ketidakmampuan (oppurtunity and possibility approach)
5.
Mereka punya dorongan untuk menghasilkan
perbedaan yang unik (creative people).
6.
Mereka memunculkan banyak alternatif dan opsi
untuk bisa sampai pada sasaran yang dituju (explorer poeople)
7. Mereka
punya keyakinan yang kuat bahwa dirinya mampu untuk mewujudkan apa yang diinginkan (the “I can
mental attitude)
Rutter (1987) mendefinisikan
“resilience” ini sebagai sebuah kutub positif dari perbedaan individu dalam meresponi stres
atau penderitaan. Ini berarti bahwa menjadi orang yang resilient atau tidak,
itu murni pilihan kita., bukan bawaan. Siapapun kita dan apapun latar belakang
kita, sama-sama punya kesempatan yang sama untuk menjadi orang yang resilient
asalkan mau belajar.
Salah
satu proses pembelajaran yang paling penting disini adalah menjadikan pikiran
positif sebagai jalan untuk kita gunakan dalam berjalan menuju apa yang kita
inginkan. Ini persis seperti apa yang
disarankan ajaran agama. Ajaran agama
menganjurkan agar kita ini menjalani hidup seperti musafir, bukan seperti orang yang mendiami terminal.
Maksudnya, kita diperintahkan untuk terus
melakukan upaya-upaya pencapaian
prestasi atau keadaan yang lebih bagus dari hari kehari, terlepas apapun
keadaan kita hari ini. Musafir selalu melakukan perjalanan. Musafir
selalu punya harapan yang lebih bagus. Musafir
selalu melakukan perjalanan. Musafir selalu punya harapan yang lebih bagus.
Musafir selalu mencari peta yang lebih mudah dilalui. Musafir tidak pernah berhenti pada satu tempat atau
terminal untuk selama-lamanya.
Menurut kajian dibidang psikologi karir (career psychology) menjalankan gaya hidup seperti
musafir ini ternyata punya dampak yang sangat positif bagi kejiwaan seorang karyawan. Orang-orag yang bathinnya
dinamis, ternyata punya
kemampuan yang jauh lebih bagus dalam mencintai profesinya atau pekerjaannya. Sebaliknya
orang-orang yang bathinnya mandek (mendiami terminal) , mereka selalu ingin pindah profesi atau pekerjaan dengan alasan
yang tidak jelas.
Didalam proses pembelajaran bagaimana
berpikir positif ada namanya street
smart membuka diri. Kita sudah
bisa menangkap maksudnya bahwa dengan kecerdasan yang kita miliki berdasarkan proses hidup
yang kita jalani. Kecerdasan dini adalah kemampuan merealisasikan tujuan dan kemampuan mengatasi masalah yang menghambat realisasi. Menurut
Prof. Sternberg, ukuran kecerdasan seseorang itu bukanlah
tes akademik, melainkan praktek hidup.
Ada gambaran konkrit soal street smart
ini dari pak Bob Sadino, saat menceritakan rahasia kesuksesan usahanya , cukup satu
langkah awal. Ada kerikil saya singkirkan, melangkah lagi. Bertemu duri saya sibakkan, melangkah lagi.
Terhalang lobang saya lompati, melangkah lagi. Bertemu api saya mundur,
melangkah lagi. Berjalan terus dan
menghadapi masalah.
Jadi , kita perlu memahami konsep berpikir
positif ini sebagai jalan untuk kita
gunakan , bukan sebagai tujuan. Alasannya, dengan menjadikannya sebagai jalan, berarti akan mendinamiskan langkah
kita. Langkah yang dinamis ini akan menhgasilkan output positif secara batin
dan secara lahir (hasil fisik dan non fisik) .
“
Belajarlah menjadi orang yang bahagia dengan
Apa
yang anda miliki, sementara anda tetap berusaha
Untuk
mendapatkan apa yang masih belum anda capai.”
(Jim
Rohn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tambah