Minggu, 03 Juni 2012

suatu hari di PL


Bosan seharian dirumah, aku memutuskan ke PL ( pantai losari) dengan kendaraan roda dua, aku berboncengan dengan sahabatku Nora. Kotaku yang sudah mulai temaram dibalut dingin dan angin sepoi-sepoi, ditaburi bintang gemintang menemani para  petualang yang menjejal berbagai kesibukan malamnya.  Kami menyusuri  jalanan perkotaan yang  semakin ramai oleh padatnya kendaraan. Disetiap sudut nampak lampu jalanan dan gedung-gedung berkerlap-kerlip menambah  semaraknya  malam senin.  Kota yang sudah  tidak tidur 24 jam, rupa-rupanya kotaku sudah bermerek kota megapolitan, semakin malam semakin  meriah. Kulirik  jam dipergelangan tanganku jam sebelas lewat duabelas menit.  Kalau zaman saya SD dulu, jam segini sudah terbang kepulau kapuk alias ngorok. Yah….sekarang zaman telah berubah. Sekarang untuk sebuah urusan  harus diselesaikan sampai larut malam, 24 jam. Begitu kali ciri kota megapolitan . Entah siapa yang memberi  kontribusi  bersibuk-sibuk ria sampai jam malam, kotanyakah , manusianya atau tuntutan kesibukan. Entahlah….tapi manusia adalah pemegang kendali dari ketiga hal tersebut.
  Akhirnya kami sampai juga di PL, nampak tempat parkir dipadati oleh kendaraan  bermotor.  Setelah mendapat tempat untuk parkir motor, saya dan Nora menyusuri pelataran PL, berbentuk setengah lingkaran dengan luas hampir satu hektare. Para pedagang dadakan rame menawarkan dagangannya, mulai dari baju kos, sovenir khas daerah, makanan, snack dan berbagai minuman sampai dengan mainan anak-anak.  Kami memilih tempat  duduk  yang  terbuat dari beton  berbentuk bundar dan ditengahnya ada pohon kelapa.  Pandangan kami langsung menghadap kelaut . Angin laut mempermainkan jilbab kami, dingin menembus pori-pori. 
PL  sangat terkenal diseluruh dunia,  apalagi ketika sore menjelang, ratusan orang sengaja datang  nongkrong  menikmati  panorama sunset,  kata wisatawan mancanegara merupakan sunset  terindah didunia. PL adalah waterfront-nya Kota Makassar. Berbentuk garis pantai sepanjang kurang lebih satu kilometer . Agar lebih  asyik  menikmati  matahari merah yang terbenam disore hari, disediakan juga banana boat dan perahu bebek.  Ah pokoknya  PL  tempat  santai  yang murah, meriah dan asyik, apalagi  lokasinya tidak jauh dari pusat kota hanya 3 kilometer.
Saya dan Nora  asyik  membahas kegiatan  kami untuk bulan depan sambil makan kacang rebus ditemani  sarabba, minuman  hangat khas  Makassar, yang terbuat dari campuran jahe, gula merah/aren, marica, santan kemudian dimasak sampai kental;  ketika tiba-tiba ada yang  menegurku,   
“ Nurul….! Kamu Nurulkan?! Aku Tia….” Sejenak aku melongo, mencoba mengingat-ingat  siapa gerangan  wanita yang mengaku  mengenalku. Rasa-rasanya aku mengenal tapi aku lupa dimana dan kapan. Duh…ingatanku ini sudah tak setajam dulu lagi.
“Tia, teman kuliah dulu, itu lho yang anak sospol. Kitakan dulu sama-sama panitia seminar. Kamu ketua panitianya  dan  saya sekretarisnya. Ingatkan…”   
“wah…kalau  Tia masih mengingat wajahku  setelah  sekian tahun berlalu, itu berarti wajahku masih wajah  anak  kuliahan, hihihihi……” senyumku dalam hati.
“O… iya, wah sudah lama kita tidak ketemu, kamu masih cantik , masih seperti dulu.” Akhirya aku putuskan untuk pura-pura mengenalnya, daripada lama-lama bengong, namun aku mencoba mengingat temanku yang satu ini. Perasaan waktu kuliah dulu, emang pernah ikut seminar  difakultas sospol , tapi bukan  sebagai  panitia, cuma peserta doang.  Adanya juga ketua panitia tapi itu difakultas saya, ekonomi  manajemen. Aku mempersilahkannya duduk dan menawarkan kacang rebus dan sarabba.  Aku juga memperkenalkannya ke Nora.
“Tia kok kamu sendirian ke PL,  trus sekarang kamu sudah menetap di Makassar atau sekedar  liburan.”  Aku masih mencoba mengingat-ingat , membuka kembali  lembaran  masa kuliah dulu. Aku jadi ragu, jangan-jangan  Tia salah orang  nih. Nora  juga, ngak ngomong apa-apa kalau mengenal Tia, padahal kami satu fakultas.  Tapi aku mengerti , zaman kuliah dulu, Nora ndak banyak gaul dengan mahasiswa fakultas lain. Mungkin  Nora emang tidak mengenal  Tia.   
“Hmmmm….aku sendirian ke Makassar, sebetulnya aku menetap di Bandung. Tapi aku lagi ada masalah, jadi aku pulang kampung. Kamu masih ingat kampung sayakan, Nurul?”.
“Duh….mana aku tahu. Mengingatmu sebagai teman kuliahku dulu saja, sampai detik ini aku belum ingat-ingat apalagi mengingat kampungmu.” Bisikkku dalam hati.
“iya..” jawabku datar dan ragu-ragu.
“kenapa ya…percintaan selalu diuji dengan perselingkuhan..” Raut wajah Tia berubah dratis, menjadi  sendu,  bukan senang duit,  tapi sedih. Dari lampu mercuri yang terpasang dibeberapa sudut PL, nampak mata Tia berkaca-kaca.
“Wah…gawat. Kalau sudah bicara perasaan, apalagi pengkhianatan. Aku  angkat tangan deh. Jadi bingung .  Tepatnya  bukan bingung tapi aku benar-benar lagi tidak mood bicara hati terluka  ini malam. Karena seharian ini, sudah tiga orang curhatan dengan masalah yang sama, manalagi aku harus menguras otak untuk proyekku selanjutnya. “  Aku mencoba tersenyum tulus dan simpati  didepan Tia.
“Aku telah memberikan segalanya. Aku memperhatikan dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku tulus ikhlas mencintainya, tapi apa  balasannya,  sebuah pengkhianatan, pengkhianatannya tidak tanggung-tanggung, berselingkuh dengan teman saya sendiri!”  Suara Tia mulai meninggi dan agak parau.  Air matanya satu dua butir membasahi bulu mata palsunya.  Aku belum mengeluarkan suara tapi  kuelus pundaknya sebagai rasa simpatiku.  Sebetulnya  aku  dan Nora ke PL untuk melepas  penat karena seharian aku menyelesaikan proyek proposal. Tapi rupa-rupanya  jadi tempat curhat deh.  Yah… ndak apa-apalah.  Walau tidak memberi  pendapat tapi mendengar  keluhan seseorang , setidak-tidaknya sama dengan 50% masalahnya telah terselesaikan. Hihihi ….ini teori siapa ya…., aku ngarang aja deh….
“Kamu tahu Nurul, aku mengeluarkan banyak uang untuk menjaga penampilanku, itu semua demi dia, agar  betah berada disampingku dan tidak malu berjalan denganku. Aku belajar dan bekerja dengan giat,  aku pingin dia bangga , bahwa kekasih hatinya  ini adalah wanita smart. Bukankah laki-laki suka dengan wanita smart  juga mandiri. Walau aku capek seharian kerja, waktu untuknya selalu ada.  Tapi apa ? Dia tidak pernah menghargai itu semua.  Malah  tega menduakan cintaku. Apakah  semua laki-laki begitu?  Dan kenapa wanita itu juga tega menjalin hubungan dengan laki-laki yang sudah ada pasangannya. Tidak punya perasaan, bagaimana kalau wanita tersebut berada diposisiku, pasti  dia juga sakit hati!”  Kembali  aku tersenyum  simpati  sambil menepuk  pelan punggung tangan kanannya. Kulirik sejenak Nora  yang  duduk  disamping  kiriku, Nora hanya diam sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, wajahnya ikut  sendu-kalau ini benar sendu= senang duit, emang  Nora senang duit , hehehehe…
“ Mungkin Allah sedang  mengujiku, karena aku sangat mencintainya. Mungkin Allah cemburu karena  aku sangat mencintai mahluknya  lebih dari dirinya?”  Aku menatap wajah Tia yang sudah basah oleh linangan air mata. Aku memberikan senyum manisku dan menarik napas pelan.  Nora serta merta memberikan Tia dua lembar tissue.  Aku  berpikir, kata-kata apa yang cocok kukeluarkan untuk menghiburnya. Aku teringat salah satu bacaan Al-Quran   An-Nahl : 96 : “ Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada  orang-orang  yang sabar dengan pahala  yang lebih  baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
    “ Hatiku sakit…, aku nanya , apa kesalahanku , supaya aku bisa perbaiki. Tapi apa jawabnya tidak ada. Bagaimana aku bisa memperbaiki  kesalahanku bila  dia jawab tidak ada, dasar laki-laki pengkhianat. Huk..huk…huk…, apa sih yang dia banggakan dengan wanita itu! Huk…huk…huk…….”
Aku manatap laut didepanku, hitam dan gelap, walau ada lampu mercuri menyorot kearah laut tapi tidak bisa menerangi secara maksimal. Pengunjung  masih ramai  bercengkerama  di sekitar pelataran PL.  Nampak dijalanan , dibelakang kami, suara  hiruk pikuk motor beradu dengan kendaraan roda empat  belum juga reda. Jam rolexku , menunjukkan kurang lima menit jam dua belas. Kubiarkan Tia menangis sesunggukan, melepas  galau dihatinya.  Aku seruput sarabbaku yang tinggal dua tengguk lagi. Sudah dingin tapi masih menghangatkan.  Aku masih bingung kata-kata  untuk menghibur  Tia, yang mengaku teman kuliahku dulu. Kalau aku katakan sabar, ah…ngak pas banget, pasti Tia sudah tahu itu. Aku katakan  cooling down dulu, bukankah  Tia ke Makassar  sudah melakukannya.  Kalau aku katakan walk away, sama aja. Sekarang  Tia sudah walk away, dari Bandung ke Makassar.  Pingin aku tawarkan bukuku, beli dong  bukuku, ada hikmah untuk  yang lagi merana karena cinta, tapi ngak etis banget, orang lagi sedih, malah jualan , iya sih....promosi   terselubung , hihiihhi…. Kuputuskan aku diam saja dulu. Membiarkan semua  kegundahannya menyeruak keluar  sampai rongga dadanya terasa lapang untuk kembali  berpijak  pada  kenyataan  yang  ada.
       “ Nurul andai aku ngak takut hukum dan murka Allah , sudah lama tuh orang kumutilasi…”  Aku tidak kaget dia mengatakannya, aku hanya istiqfar mendengarnya. Aku mengerti , pasti semua yang mengalami  kekacauan hati,  berpikir sama, nafsu untuk menyakiti  orang yang telah menyakiti  hati. Semoga Allah masih melindungi  jiwa-jiwa yang penuh amarah.  Kalau aku mengalami  hal yang sama dengan Tia, aku juga  akan mengatakan yang  sama. Kadang nasehat yang pernah kita berikan  pada seseorang untuk menepis rasa sakit, sudah tidak diingat lagi. Yang ada hanya  rasa  pedih dan terpuruk, entah apa yang akan dilakukan untuk menghilangkan rasa  tersebut.  
Tiba-tiba lantunan  lagu someone liku you dari Adele, membuyarkan kediaman kami bertiga. Cocok sekali lagu Adele dengan keadaan Tia sekarang. Bergegas wanita yang berkulit putih ini  melap air yang mengalir dihidungnya dan bergegas membuka tasnya, mengambil  Hp merek terkenal  ” Ya..hallo, ya masih dilosari, ini juga sudah mau balik. Ya ok. ”  Klik.. Tia kembali menaruh Hpnya didalam  tas jinjing  warna coklat, senada dengan  sepatu casualnya yang  juga  merek terkenal.  Tia berdiri , aku dan Nora juga berdiri, kami bertiga tersenyum. Nampak senyum Tia belum sempurna betul  karena wajahnya masih sembab oleh air mata luka.
” Aku pamit deluan. Sampai ketemu ya..., nanti aku telpon kamu Nurul, kita ngobrol lagi, reunian masa-masa kuliah dulu”.
”Siplah aku tunggu kabar kamu..”.   kami berjabat tangan , cipiki, cipika, say good  by...Tia berjalan pelan menuju tempat parkir.
”Eh....emang  kamu punya no hpnya ”. Tiba – tiba Nora menyenggol  tanganku. Aku diam sejenak mengingat-ngingat.  Aku menggelengkan kepala. Kami berdua tertawa terbahak-bahak menyadari kelalaian ini, bagaimana mau reunian, kami tidak tukaran no hp.
”sampai sekarang, aku lupa , Tia itu teman kuliahku dulu atau teman organisasi. Aku betul-betul sudah tua ya..., kamu sendiri  merasa tidak, Tia itu teman kita dulu”.  Nora menggelengkan kepalanya.
”jangan-jangan Tia salah orang,  mungkin kamu mirip temannya.” Nora menduga-duga.
” Aku juga tadinya berpikir begitu,  entahlah. Tapi setidak-tidaknya kita sudah membantu meringankan  beban dihatinya.  Nora  pulang yuk, sudah  ngantuk nih.”  Akhirnya  acara melepas penat berganti  mendengar  curhat .  Namun it’s oke. Semoga Tia diringankan kegundahannya.amin.doaku dalam hati sambil mengikuti langkah nora kepalataran parkir.
Aku menatap bintang dilangit , tak seorangpun bisa menghitung  berapa jumlah bintang yang bertaburan  dilangit gelap.  Termasuk nikmat Allah , tidak ada  seorangpun  bisa mengukur nikmat Allah. Yang  ada  pada diri kita , selalu merasa  ada yang kurang, ngak pas, ngak cocok dengan  kehidupan yang kita jalani. Diberi pasangan yang  cantik dan cerdas, belum tentu pas dihati. Diberi pasangan yang ganteng lagi kaya, masih juga ada yang kurang. Diberi pasangan  yang sangat pengertian, shaleh/shaleha , rasa-rasanya  perlu  nambah yang baru, apalagi kalau pasangan kita banyak minusnya, so pasti wajahnya  tiap hari mengkerut.   Wallahu alam bisawwab. 
QS Al-Maidah (5) : 48 : “ Sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan-Nya satu  ummat (saja) tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepada kamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.” (An-Nahl: 83).
"Dan ingatlah ketika Rabb kalian memaklumkan: Sungguh, jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan tambah ni'matKu kepada kalian, dan sungguh jika kalian kufur, sesungguhnya 'adzabKu amat pedih!" (Ibrahiim 7).

  ”...Dan wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik..." (An-Nur 26).
".. .Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah Maha Mengetahui sedang kalian tidak mengetahui." (Al-Baqarah 216).

Kalau sudah  masuk keranah perasaan, sepertinya aku bertambah bego.  Tapi  yang  jelas saya harus open mind dan move on saja. Katanya hidup ini terlalu singkat  untuk  yang  namanya  galau, sakit hati  dan sejenisnya, walau tidak bisa dihindari, karena itu merupakan salah satu bagian dari kehidupan.  Didalam Surat Al Balad  diutarakan bahwa manusia haruslah bersusah payah mencari kebahagiaan dan Allah sendiri telah menunjukkan jalan yang membawa kepada kebaikan, dan jalan yang membawa kepada kesengsaraan. Tuhan menggambarkan bahwa jalan yang membawa kepada kebahagiaan itu lebih sulit menempuhnya daripada yang membawa kepada kesengsaraan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tambah