Sabtu, 06 Oktober 2012

WANITA DISABILITAS NASIBMU KINI




Berbicara tentang wanita selalu menarik untuk dibicarakan, entah itu emansipasinya, sepak terjangnya di dunia politik, pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, trafficking, KDRT, single parent, poligami, emansipasinya sampai pada penyia-nyiaan dan diskriminasi .  “wanita”  adalah mahluk ciptaan Allah dan secara umum mempunyai hati yang lemah lembut, sensitif  serta  tingkat kepeduliannya tinggi.  Didalam ajaran Islam,  wanita sungguh  diangkat derajatnya dari penyia-nyiaan dan pandangan yang sangat merendahkan. Pada zaman jahilia wanita dianggap tidak berguna bagi keluarganya, pembawa sial, aib dan lebih tragis lagi sebagai pramuria bagi laki-laki, bahkan dizaman itu, setiap bayi perempuan yang lahir dikubur hidup-hidup. Bila  ditinjau dari ayat – ayat Al-Qur’an yang menyinggung masalah wanita, salah satu diantaranya adalah QS Al-Imran: 195 : “ Sebagian kamu dari sebagian yang lain”. Dalam penafsiran ayat tersebut dalam buku tafsir Al-Mishbah karangan M.Quraish Shihab : lelaki lahir dari pasangan pria dan wanita, begitu juga wanita. Karena itu tidak ada perbedaan dari segi kemanusiaan antara keduanya.
 Allah telah menciptakan pria dan wanita sama, berupa kebutuhan jasmani, naluri dan akal. Allah juga telah membebankan hukum yang sama terhadap pria dan wanita seperti kewajiban menjalankan shalat, puasa, zakat, haji, menuntut ilmu, mengemban dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dan lain-lain. Semua ini dibebankan kepada pria dan wanita tanpa ada perbedaan. Sungguh amat disayangkan jika ada sebagian dari ummat Allah masih meremehkan dan menganggap wanita sebagai saingan berat,  bukankah setiap mahluk ciptaan Allah membawa keunggulan dan manfaatnya masing-masing untuk saling melengkapi antara laki-laki dan wanita.
Dari ayat diatas menunjukkan rasa saling mencintai dan saling menghargai sesama mahluk ciptaan Allah terlebih lagi dari satu ayah dan satu ibu yaitu Adam dan Hawa. Memang jika dilihat  jumlah wanita lebih banyak dibanding pria, dan pria diberi kelebihan setingkat dari wanita karena pria adalah seorang pemimpin, sebagaimana dalam QS.An-Nisa : 34 : “Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita……”. Kaum pria merupakan pemimpin bagi para wanita dalam mendidik dan membimbing mereka untuk melaksanakan kewajiban kepada Allah, jadi dengan kata lain wanita adalah mitra (laki-laki dan wanita) dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, bukan untuk ditindas (saling menindas sesama wanita), diremehkan dan disia-siakan.
Islam telah meletakkan wasiat dengan berbuat baik kepada wanita termasuk dalam sendi-sendi kemuliaan, sebagaimana dalam QS: Luqman:14 “Dan Kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. Dalam memperjuangkan harkat dan martabat wanita, Nabi Muhammad SAW telah memberi contoh teladan betapa besar dan berperannya wanita, Kita bisa baca, dalam sebuah hadits, secara khusus  Nabi SAW menuturkan:’’ Surga itu ada ditelapak kaki ibu”. Dalam Hadits lain HR.Bukhari : keharusan kita berbakti didahulukan kepada ibu, yang dijawab Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam sebanyak tiga kali. kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘ayahmu”. Yang berarti kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah.
Dalam meniti karir  Islam tidak membatasi sebagaimana Allah Swt berfirman : “… Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan” (Qs An Nisa 32), yang penting tidak mengabaikan kewajiban utamanya mengurus keluarga. Masih banyak lagi kemuliaan seorang wanita yang tertulis dalam Al-Quran. Jadi berbanggalah menjadi seorang wanita, karena ada tempat tersendiri dalam Al-quran dan dalam kehidupan ini.
Lalu bagaimana dengan wanita disabilitas (WD)? Tentunya tidak ada perbedaan antara WD dan wanita non disabilitas, sama-sama mempunyai peluang yang besar dalam mengembangkan diri, mampu dan mempunyai hak untuk berkata tidak jika merasa diberlakukan tidak adil . Sebagaimana  pelopor kaum wanita,  RA.Kartini telah memberi inspirasi bagi kemajuan dan bangkitnya kaum wanita di Indonesia. Seperti telah banyak kita saksikan, dengan semangat RA.Kartini wanita bisa mandiri, menentukan sikap yang terbaik bagi dirinya. Mampu dalam menentukan karirnya, jodohnya, kesehatannya, berhak menentukan kehidupan bagaimana yang dia jalani dll.
  Dari pengamatan penulis, masih panjang perjuangan WD dalam mencapai sejahtera,  maju (mencapai pendidikan tinggi, misal S2, S3 dan karir yang bagus), malah sebagian  masyarakat kita, mempresentasikan, WD adalah makhluk abnormal, aneh, tidak menarik, tidak mandiri, selalu membutuhkan perlindungan, tidak produktif dan mengekslusifkan diri. Image yang terbangun dari masyarakat sosial ini, membuat tingkat kepercayaan diri WD semakin terkungkung, keragu-raguan semakin memuncak. Ada sebuah anekdot mengatakan sudah wanita (mahluk lemah), disabilitas, disabilitas ganda lagi. Ini menunjukkan betapa menyedihkannya seorang wanita disabilitas.
Tapi apa benar nasib WD seperti itu? Harusnya tidak begitu, apalagi  dengan adanya organisasi WD, tentu menjadi pintu bagi terbukanya segala kemajuan WD, baik pendidikannya, karir dan kehidupannya. Namun masih banyak yang belum menggunakan lembaga ini secara maksimal, sehingga masih jauh dari kata berhasil. Penulis ambil contoh di kota kelahiran penulis, sebagian besar WD ketika diberi bantuan atau pelatihan, awalnya saja yang semangat. Setelah pelatihan itu usai, maka selesailah sudah, tidak ada tindak lanjut untuk mengembangkan pelatihan tersebut  menjadikan lebih kreatif ,inovatif,  bahkan termotivasi memacu dirinya menjadi wanita dengan kemampuan lebih. Atau bisa jadi WD malas beranjak dari tempatnya sekarang karena merasa sudah aman dan nyaman. Padahal hidup ini sudah berubah, disekeliling kita sudah banyak berubah, berarti kita harus berubah juga.   
Memang kita hidup dizaman serba cyber seperti saat ini, tapi tidak bisa dipungkiri, diskriminasi , keraguan-raguan, ketidak percayaan terhadap kaum disabilitas, masih sangat tinggi. Ambil contoh, usaha makanan yang dikelola WD, sangat  kurang diminati (baca : dibeli) oleh masyarakat. Pada awalnya ada pembelinya, tapi setelah tahu siapa yang kelola usaha makanan tersebut, menjadi kurang peminatnya. Masyarakat  kurang percaya akan kebersihan dan kualitas dari makanan tersebut. Tapi ini juga tergantung dari disabilitas seseorang, jika usaha kuliner dikelola seorang disabilitas tunarungu, banyak peminatnya, dibanding tunadaksa atau tunanetra.
 Masih panjang perjuangan WD dalam meraih pengakuan bahwa WD mampu juga berperan dalam bermasyarakat. Memang kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk selalu bersikap simpati, charity dengan nasib para WD. Wanita itu sendirilah yang harus merubah kehidupannya. Yang terpenting adalah selalu berusaha merubah mind set pada diri sendiri, lebih menghargai diri sendiri, percaya pada kemampuannya, tidak manja, mampu menjawab tantangan yang ada, gigih berjuang.  Karena wanita sudah mulia dari awalnya, sebagaimana Allah telah mengangkat derajat wanita itu sendiri dalam menjalani kehidupan ini .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tambah